KELUARGA
Papa dan Mama kami di suatu kesempatan bertemu, mengenal satu sama lain, akhirnya saling mengasihi dan berkomitmen untuk hidup bersama.
Suatu Perjalanan Hidup yang dimulai dengan sesuatu yang namanya “CINTA KASIH”.
Melahirkan kami satu per satu, anak-anaknya, hingga lahirlah kami sejumlah 4 orang ke dunia. Aku, Herutomo, dan ketiga adik-adikku: Ronald, Gratia dan Andhika.
Dalam perjalanan kehidupan ini, sebagai anak tertua, banyak hal yang kulihat dan kualami langsung. Sukacita dan dukacita bergantian hadir dalam kehidupan kami. Hidup bersama dalam Suka dan Duka, selalu menjadi bagian penting dalam kehidupan setiap keluarga.
Jalan bersama, makan bersama, bermain bersama, liburan bersama, NATAL bersama menjadi hari-hari penuh SUKACITA yang bergantian mengisi kehidupan kami.
“Pertengkaran” juga adalah suatu pengalaman hidup yang PASTI hadir dalam kehidupan keluarga kami.
Bahkan terkadang, sebagai anak, kami melihat langsung “Pertengkaran” Papa dan Mama. Dan aku sendiri, sebagai anak tertua, lebih banyak melihat soal ini dibandingkan adik-adikku.
Kami abang beradik selalu mengalaminya, mulai dari rebutan mainan, rebutan alat tulis, rebutan remote TV, dan yang pasti rebutan perhatian orangtua kami.
“Pertengkaran” abang beradik ini terjadi hingga kami besar, dewasa, dan bahkan sudah punya anak. Semakin dewasa, tingkatan “Pertengkaran” itupun semakin berada di level emosi yang makin tinggi.
Dalam setiap “Pertengkaran”, ada suatu rasa dimana kita akan mulai mengambil KESIMPULAN bahwa KELUARGA itu adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dipertahankan. Kita mulai menyimpulkan bahwa “Inilah Akhirnya DUNIA” dan “Inilah Akhir Zaman KELUARGA”. Mulai merasa bahwa “Tidak Mungkin Ada Kata Damai” lagi. Dan mari jalani “Dunia Kita Masing-masing” (Loe-Gue End).
Ada satu hal yang terkadang kita lupa tentang “AWALNYA” sebuah KELUARGA. Bahwa komunitas kecil ini dimulai dengan adanya “CINTA KASIH” antara sepasang manusia, dan melahirkan “CINTA KASIH” lainnya terhadap manusia-manusia yang lahir kemudian ke dunia.
Dan “PERTENGKARAN” itu pasti segera berakhir ketika kita mengingat “CINTA KASIH” mula-mula itu. Bahwa tidak ada manusia yang lahir ke dunia jika tidak ada “CINTA KASIH” mula-mula itu. Dan apakah kita akan mengakhirinya dengan mudah ? Karena kalau kita sadar “CINTA KASIH” mula-mula ini pun harus dipelihara juga dengan “CINTA KASIH penuh PENGORBANAN” dalam 9 bulan kandungan seorang IBU.
Saudara dan Sahabat…
Satu hal penting “CINTA KASIH” ini terkadang kita lupa ketika kita menghadapi PERSOALAN berat dalam KELUARGA dan KEHIDUPAN. Tetapi yakinlah, ketika kita masing-masing mulai mengingat “CINTA KASIH” itu kembali, maka hati dan hidup ini akan mulai mengalami PEMULIHAN kembali.
Jangan menyerah terhadap EMOSI, KESULITAN HIDUP, PERTENGKARAN, KEKACAUAN, dan hal NEGATIF lainnya.
DUNIA belum berakhir, dan walaupun berakhir saat ini, ada DUNIA BARU yang isinya nanti hanya orang-orang yang penuh CINTA KASIH.
Tapi saya suka juga merefleksikan dengan POLITIK INDONESIA saat ini…
Jika seorang CALON PRESIDEN mengatakan bahwa 2030, INDONESIA akan berakhir karena dia habis membaca CERITA FIKSI.
Kita melihat ada seorang CALON PRESIDEN lain yang BEKERJA dengan CINTA KASIH ini, yang pasti sudah diperjuangkannya dalam KELUARGA nya, dan kita yakin sedang juga diperjuangkannya di negara INDONESIA ini, sehingga INDONESIA tetap JAYA dan TAK PERNAH BERAKHIR.
Jadi PILIHLAH seorang CALON PRESIDEN yang sudah membuktikan bahwa DIA sudah dan tetap memperjuangkan “CINTA KASIH” dalam kehidupan keluarga dan kehidupan negara.
Jangan pilih CALON PRESIDEN yang suka menghancurkan “CINTA KASIH” dan mempublikasikan “KEBOHONGAN” dan menyebarkan “KEKACAUAN”.
Kalau saya:
#SupirNyalegPilihJokowi