Indovoices.com- Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose meresmikan museum penanggulangan terorisme pertama di Indonesia. Museum yang diberi nama Prakasa Rucira Garjita ini terletak di Jalan Tohpati, Denpasar, Bali. Selain museum, di kompleks ini juga dibangun sport centre untuk para polisi.
“Museum ini, karena (teror bom Bali 2002) tahun depan 18 tahun, tahun ini 17 tahun akan expired. Kita sekarang berusaha membuat mengingat para generasi muda, masyarakat, khususnya rakyat Bali, bahwa teroris adalah musuh rakyat Indonesia, bukan hanya penegak hukum,” tutur Kapolda Bali dalam sambutannya.
Ide pembuatan museum ini, kata dia, juga untuk mengenang jasa-jasa para polisi yang gugur saat mengamankan serangan teror bom Bali. Dia juga berharap bisa mengenalkan apa saja yang sudah dilakukan kepolisian untuk pengamanan saat serangan teroris.
“Museum ini untuk mengenang apa yang sudah dilakukan para penegak hukum, apa yang sudah dilakukan satgas antiteror Densus 88, BNPT, dan seluruh stakeholder kepolisian daerah. Di sini saya coba dengan inisiasi Polda Bali menggambarkan secara criminal justice process, bagaimana kita menghadapi teroris dengan mengingat teroris, banyak anggota Polri meninggal, cedera, dan mereka shifting atau mengubah modus operandi dengan menyerang anggota polisi,” jelasnya.
“Museum ini untuk mengenang para pendahulu kami, termasuk anggota kita yang gugur juga bagaimana proses sebenarnya secara teknologi, secara criminal justice system,” sambungnya.
Di dalam museum ini juga ditampilkan replika-replika rangkaian bom maupun kendaraan yang digunakan para teroris, seperti Imam Samudra. Kapolda Bali pun berharap museum ini bisa menunjukkan tugas dan pengorbanan polisi saat bertugas.
“Saya tidak mau seperti zero memorial, kita yang sacrifice, kita yang kena masalah, tidak berbuat apa-apa. Ingat, kami tetap berbuat, dan motornya dari penegak hukum, terutama kepolisian, kita bawa dalam bingkai penegakan hukum,” ujarnya.
Sementara itu, Komjen Purn) Gories Mere mengapresiasi adanya museum ini. Purnawirawan yang merintis pembentukan Densus Antiteror 88 itu menilai kehadiran museum ini bisa memberikan gambaran penegakan hukum saat serangan teror pertama di Bali.
“Sebenarnya ini memberikan gambaran bagaimana upaya penegakan hukum ketika kita awal reformasi terus terjadi suatu kejadian luar biasa, extraordinary, dengan UU terbatas ada tekad upaya dari rekan-rekan polisi. Saya bersama Pak Made Mangku berusaha menggerakkan dari polisi yang terbaik untuk ini, jadi ada kemauan untuk mengungkap itu,” jelasnya. (jpp)