Tidak banyak yang tahu bila minggu lalu telah dilakukan peresmian venue olahraga berkuda di Jakarta International Equestrian Park Pulomas (JIEPP), Jakarta Timur, Kamis 2 Agustus 2018.
Equestrian sendiri adalah satu diantara tiga proyek yang dilaunching pengerjaannya oleh Ahok tanggal 22 Juni 2016, dua diantaranya adalah project LRT Jakarta dan Velodrome.
Ketiga proyek tersebut diserahkan pengerjaannya kepada PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dan ditargetkan oleh Ahok, harus selesai sebelum Asian Games 2018.
“Ketiga proyek ini harus selesai sebelum pelaksanaan Asian Games 2018. Karena pada pesta olahraga tingkat Asia tersebut, kita akan menjadi tuan rumah bersama dengan kota Palembang,” kata Ahok saat launching project LRT Jakarta, Velodrome, dan Equestrian di Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu 22 Juni 2016.
Dengan luas 35 hektar, Equestrian dibangun dengan standar internasional dan mendapat pengawasan langsung oleh Federasi Equestrian Internasional. Nantinya akan digunakan dalam tiga cabang berkuda Olympic, yakni dressage atau tunggang serasi, jumping atau lompat rintangan dan eventing atau trilomba.
Untuk membangun Equestrian bukanlah perkara mudah. Demi menyukseskan ASEAN Games 2018, mau tak mau jalur pacuan kuda terpaksa kena dampak pembangunan. Akibatnya mendapat penentangan dari Pordasi yang ngotot mempertahankan pacuan kudanya. Padahal pacuan kuda adalah olahraga rekreasi. Sementara equestrian merupakan olahraga prestasi.
Bahkan puluhan bangunan yang berada di asrama Pacuan Kuda Pulomas RT 8 RW 16 Kelurahan Kayuputih, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur pun harus dibongkar terkait pengembangan arena tersebut untuk Asian Games 2018 ini. Sebagian besar penghuninya dari total 87 keluarga juga dipindahkan ke rusun yang sudah disiapkan Ahok ketika itu. Sedangkan 6 keluarga lainnya memilih pulang kampung.
Berkat usaha Ahok, kini venue tersebut sudah selesai dibangun dan berdiri dengan megahnya. Dilengkapi area field of play dengan standar internasional, kandang kuda sebanyak 156 buah yang juga dibuat dengan standar internasional, sesuai permintaan Federasi Equestrian Internasional. Belum lagi klinik kuda yang dilengkapi dengan peralatan x-ray dan tes darah untuk mendeteksi kuda yang memiliki penyakit. Serta pasir area pertandingan yang menggunakan pasir yang berasal dari daerah Bangka dicampur dengan bio tekstil dari Jerman, sehingga membuat tekstur pasir terasa lembab.
Seluruh desain dan konsep tersebut sejak awal disetujui dan diawasi oleh Federasi Equestrian Internasional sehingga mendapatkan sertifikasi internasional sebagai Equestrian terbaik Se-Asia.
Sulit bagi saya membayangkan bila seandainya bukan Ahok yang menjadi Gubernur ketika itu. Mungkin kita tidak akan bisa melihat venue berkelas Internasional seperti Velodrome maupun Equestrian. Apalagi bila pemimpinnya cuma bisa menata kata namun tidak mampu menata kota seperti pemimpin saat ini. Belum lagi dengan prinsipnya yang tidak akan menggusur hanya menggeser, mungkin kita akan melihat orang sedang menggembalakan kambing di tengah lapangan saat pertandingan berlangsung.
Jangankan membangun Equestrian berkelas internasional, bisa membangun kandang ayam berstandar nasional saja sudah lumayan. Terbukti untuk mengurus Kali Item saja yang bersangkutan tidak mampu, bahkan harus dibantu oleh pemerintah pusat serta berbagai elemen masyarakat. Tapi jangan cerita kalau soal ke luar negeri, jalan-jalan berkedok studi banding, mereka berdua pasti juaranya.
Dan siapakah mereka? Pembaca yang cerdas pasti sudah tahu siapa yang saya maksud.
Sebagai penutup artikel ini, biarlah saya lampirkan gambar spanduk ini sebagai hiburan, belum banyak beredar, namun sepertinya bila berkaitan dengan dua orang itu, akan sangat mudah viral.. hahahaha.
Tebakan saya, siap-siap saja anak buahnya disalahin lagi, apalagi spanduk tersebut ada logo pemprovnya, sehingga sulit bila mau ngeles bahwa itu inisiatif warga.
Trailer Jakarta International Equestrian Park Pulomas (JIEPP),
https://youtu.be/Td9vlGm_V30