Indovoices.com– Pagi ini saya memandangi Danau Toba. Melihat aktivitas pagi di kawasan Danau Toba. Tadi malam mendengar berita Metro TV bahwa pemerintah membangun Danau Toba dengan ramah lingkungan. Entah konsep seperti apa ramah lingkungan yang dimaksud tidak jelas.
Di pagi ini saya merenung, bagaimana cara mengelola Danau Toba dan siapa yang cocok Bupati di kawasan Danau Toba di Pilkada tahun 2020.
Selama ini kawasan Danau Toba dipimpin anak rantau. Di Tobasa misalnya pertama kali dipimpin Sahala Tampubolon yang diawali karirnya menjadi Camat Porsea. Kemudian dipimpin Monang Sitorus yang anak rantau, Kasmin Simanjuntak juga anak rantau dan terakhir Darwin Siagian dari rantau Papua. Apakah ada pengaruh tempat perantauan dengan kecerdasan memimpin?. Contoh. Perantau Jakarta berbeda kualitas dengan Kalimantan, Papua atau dengan birokrat lokal seperti Sahala Tampubolon?. Rakyat Tobasa yang bisa merasakan. Kita dari rantau hanya bisa melihat indikator-indikator pembangunan. Pastinya, hanya Monang Sitorus yang memiliki konsep pembangunan. Yang lain hanya menjalankan selera saja.
Taput sudah sangat lama. Tentu saja butuh waktu yang lama untuk mengamati. Hal yamg bisa dilipakan adalah Taput dipimpin tokoh lokal yang dikenal toke Togel. Sering bahan lelucon dimanamana. Hebatnya, toke Togel dicintai rakyat. Terbukti, ketika caleg DPR RI beliau suaranya cukup tinggi. Hampir saja duduk di DPR.
Humbang Hasundutan dipimpin perantau Jakarta dan semua memgakui cukup sukses. Kini, Humbang juga merantau ke pulau Jawa dan cukup energik.
Samosir pertama dipimpin birokrat lokal Mangindar Simbolon. Pondasi pembagunan cukup sukses di Samosir dibuatnya. Betapa sulitnya meletakkan pondasi pembangunan di Samosir yang baru pemekaran ketika itu. Dilanjutkan dengan Rapidin Samosir yang biasa biasa saja. Rapidin cukup energik tetapi tanpa konsep yang baik. Latar belakang ilmu marketingnya sangat menonjol tetapi kelemahannya adalah diktator. Kesannya jalan sendiri kurang mendengar. Pembangunan di Samosir sarat dengan kepentingan pribadi. Pembangunan di jalan Lopian itu kesannya untuk memperindah Hotel Dainang miliknya. Reklami di sekitar Hotel Dainang sesukanya. Ini luar biasa. Padahal, kehadiran Hotel Dainang pun sudah dikritik masyarakat.
Siapakah yang ideal memimpin di kawasan Danau Toba 2020?. Pemimpin di kawasan 2020 adalah pemimpin yang bisa kerja sama di kawasan Danau Toba. Sebab, selama ini para Bupati ini egois. Egoisme para Bupati inilah menyebabkan kehadiran Badan Otorita. Badan Otorita yang sejatinya memiliki wewenang untuk menghardik para Bupati yangbtidak taat tata ruang kawasan Danau Toba. Ironisnya, Badan Otorita yang lahir adalah Badan Otorita Danau Toba yang merebut lahan rakyat. Beginilah kalau pembangunan tanpa konsep atau tak paham konsep tata ruang Danau Toba yang sebetulnya sudah sangat bagus.
Kembali ke siapa pemimpin Danau Toba. Kalau memang harus perantau. Ada 2 tipe perantau kita. Pertama merantau yang mencari uang. Kedua perantau pencari ilmu. Anak rantau itu ada yang uang saja yang dicari. Dicari secara ganas. Anak rantau yang mencari ilmu hidupnya sederhana dan dampak hidupnya luar biasa.
Lalu, anak rantau mana yang cocok?. Faktanya adalah orang mencari ilmu pengetahuan uangnya tidak banyak. Anak rantau pencari uang uangnya banyak ilmu tidak punya. Karena mencari uang dengan membunuh nurani.
Jujurlah kita di hari minggu ini, darimanalah uang birokrat hingga puluhan milyar?. Birokrat sambil usaha?. Birokrat sambil pengusaha itu sebanrnya kan bukan birokrat yang baik?.
Kalau kita mau jujur di hari minggu ini, kita pilihlah anak yang memiliki pengetahuan, jujur, sederhana, dan terbiasa bergerak untuk keadilan. Maslaahnya adalah orang seperti itu tidak punya uang. Karena itulah rakyat harus menolak politik uang.
Kita selama ini mengeluh karena Bupati egois, tidak berbuat apa-apa, korupsi tidak peduli rakyat adalah akibat persoalan di muaranya tidak kita selesaikan.
Jika kita mau sukses mewujudkan program Jokowi tentang destinasi Danau Toba, maka Bupatinya haris memiliki kapasitas kepemimpinan yang mumpuni. Kapasitas mumpuni tidak mungkin dimiliki para pencari rente dan koruptor yang tidak kena tangkap.
Jadi, kuncinya ada di partai politik dan rakyat. Utamanya di rakyat pemilih.
#Gurmanpunyacerita