Keputusan Jokowi menggandeng Ma’ruf Amin, cukup mengejutkan menurut saya. Padahal sejak pagi tadi hingga jam empat sore, nama Mahfud MD yang awalnya diprediksi akan digandeng oleh Jokowi.
Rasa terkejut bahkan saya rasakan juga dari komentar teman-teman di WAG yang saya ikuti. Beberapa bahkan berencana untuk meng-offkan sosmednya, banyak juga yang menyesalkan kenapa Jokowi harus menggandeng Ma’ruf Amin saat itu.
Saya memahami kekecewaan teman-teman tersebut, bukan apa-apa, Ma’ruf Amin dianggap memiliki peran terhadap dipenjaranya Ahok ketika itu. Selain mengeluatkan fatwa terhadap kasus Ahok, dirinya juga ikut menjadi saksi yang memberatkan Ahok di dalam persidangan.
Namun yang perlu kita ingat, keputusan MUI dalam hal ini Maa’ruf hingga mengeluarkan fatwa, tidak bisa dilepaskan dari tekanan yang dilakukan oleh kelompok 212 dan berbagai elemen masyarakat lainnya. Jadi bukan semata-mata murni atas keinginan beliau sendiri.
Apalagi saat beredar wacana Jokowi menggandeng Mahfud MD. Saya juga mendengar adanya penolakan para kyai NU karena menganggap Mahfud bukanlah kader NU walaupun Yenny Wahid kemudian ikut bersuara membela dengan menyatakan Mahfud MD adalah NU tulen. Namun pernyataan Yenny sepertinya tidak mampu meredam penolakan para kyai. Yang ada malah ancaman dari ketua PBNU untuk mencabut dukungannya kepada Jokowi.
Jadi saya merasa keputusan Jokowi untuk menggandeng Ma’ruf Amin tentu sudah melalui pertimbangan yang sangat matang. Sebagai ormas keagamaan terbesar di Nusantara, suara NU tidak boleh dianggap remeh. Disisi lain, dengan menggandeng Ma’uf, Jokowi juga dapat menepis fitnah kaum oposisi yang selalu memojokkan Jokowi sebagai pemimpin yang anti ulama.
Bukan berarti Jokowi tidak mempertimbangkan perasaan Ahok, sebagai seorang sahabat baik yang bahkan diakui oleh Ahok sendiri. Jokowi pasti mempertimbangkan hal itu juga. Namun kepentingan yang lebih luas, mengalahkan kepentingan yang lebih kecil (pribadi), demikian sering kita dengar.
Saya yakin Ahok juga menyadari hal ini. Ahok bukan seorang pendendam, dirinya juga bukan orang yang berpikiran picik yang suka menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisinya. Ahok memiliki jiwa yang besar, kalau mengutip istilah Denny Siregar, orang yang sudah selesai dengan dirinya.
Satu-satunya harapan dia adalah menjadi berguna dan dapat berbuat yang terbaik untuk masyarakat yang dicintainya. Itulah salah satu kelebihan dirinya diantara sekian banyak kelebihan lainnya yang membuat kita mengagumi sosoknya dan semakin merindukan dirinya.
Kita tentu masih ingat, bagaimana saat PK-nya ditolak oleh MA, alih-alih marah, Ahok hanya menjawab “Puji Tuhan”. Demikian juga saat dimintai tanggapan terkait SP3 terhadap kasus Rizieq, jawaban yang sama persis juga disampaikan oleh dirinya. Padahal bila orang lain, mungkin segala sumpah serapah sudah dilontarkan, kutukan dan cercaan pun tak luput dicurahkan.
Jawaban Ahok menandakan dirinya sudah memasrahkan segala sesuatunya kepada Yang Kuasa, segala cobaan yang dihadapinya bukan dianggap lagi sebagai halangan atau hambatan, tapi lebih kepada cara Ilahi untuk menuntun dirinya. Dirinya selalu percaya ada rencana Tuhan dibalik berbagai kejadian yang dialami.
Jadi saya percaya dan saya yakin, bila Ahok mengetahui Jokowi menggandengan Ma’ruf Amin, ucapan yang sama, “puji Tuhan” pun akan kembali terlontar dalam mulutnya, sekaligus meminta kita para pendukungnya untuk tetap mendukung Jokowi karena dirinya yakin, sahabatmya sedang berjuang untuk Indonesia yang lebih baik.
Seandainya dirinya tidak terpenjara, mungkin Ahok sudah terjun langsung untuk menjadi tim sukses Jokowi. Namun karena dirinya terpenjara, Ahok pun menitipkan harapannya kepada kita untuk berjuang. Bukan untuk kepentingan Ahok pribadi, bukan juga untuk kepentingan Jokowi pribadi, namun untuk kepentingan bangsa Indonesia ke depannya dan pada gilirannya adalah untuk kepentingan anak cucu kita kelak.
Jangan biarkan ego pribadi kita mengorbankan masa depan bangsa ini. Jangan biarkan rasa kecewa, menutupi mata kita sehingga tidak dapat melihat bahwa untuk saat ini, hanya melalui Jokowi lah harapan bagi Indonesia yang lebih baik dapat diraih.
Tanpa memperdulikan apakah kita Ahoker atau Jokower, sebagai sesama anak bangsa, marilah kita bergandengan tangan untuk sama-sama mendukung dan menyukseskan Jokowi periode kedua nanti, tanpa harus melihat siapa wakilnya. Karena siapapun wakilnya, yang penting presidennya tetap Jokowi. Bukankah begitu kawan?