Indovoices.com-Presiden Jokowi membuka ratas terkait penanganan arus masuk WNI dan pembatasan perlintasan bagi Warga Negara Asing (WNA). Dalam kesempatan itu, Jokowi menyampaikan sebanyak 202 negara telah mengonfirmasi terjadi kasus virus corona.
Jokowi menjelaskan, virus corona yang sebelumnya berpusat di China itu kini telah tersebar hingga ke negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Bahkan, pusat penyebarannya pun sudah beralih ke Eropa.
“Satu minggu terakhir kita lihat bahwa episentrum ini sudah beralih dari sebelumnya di Tiongkok, sekarang di AS dan Eropa,” ujar Jokowi saat membuka ratas via teleconference.
“Pergeseran episentrum COVID-19 ke AS dan Eropa, maka kita juga harus perkuat kebijakan yang mengatur perlintasan WNA ke Indonesia,” lanjutnya.
Maka dari itu, Jokowi meminta agar proses pemulangan para WNI harus dicermati dengan baik. Ia ingin memastikan WNI-WNI yang pulang harus dilindungi kesehatannya setibanya di Indonesia nanti.
“Pertama, protokol kesehatan harus tetap diterapkan di airport, pelabuhan, dan pos lintas batas. Yang tidak ada gejala bisa dipulangkan ke rumah masing-masing tapi statusnya ODP. Saat sudah di daerah, kita harus jalankan isolasi mandiri dengan penuh disiplin,” jelasnya.
Selain itu, pemerintah juga kini telah mempersiapkan rumah sakit khusus penyakit penular di Pulau Galang, Kepulauan Riau. Jika nantinya ada WNI yang memiliki gejala virus corona, dapat dirujuk untuk diisolasi di RS Darurat Pulau Galang.
“Untuk perlintasan WNA ini saya minta dievaluasi secara berkala,” tutupnya.
Berdasarkan data Kementerian Luar Negeri (Kemlu), jumlah WNI yang terkonfirmasi terjangkit virus corona di luar negeri mencapai 133 orang. Para WNI ini tersebar di 20 negara, dengan terbanyak di Singapura dan Malaysia dengan 34 kasus.
Sementara itu, jumlah kasus virus corona di dunia telah mencapai angka 693.224 orang. Dikutip dari RS John Hopkins, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan penderita corona terbanyak, 163.429 orang dengan angka kematian 3.000 lebih. Lalu diikuti Italia dengan angka kematian tertinggi, yakni hampir 12.000 orang.
Bahkan, kini Spanyol telah melampaui China dalam angka penderita, menjadi hampir 88 ribu orang. Sedangkan kasus di China kini tinggal sekitar 82 ribuan orang.