Pertarungan dan hingar-bingar politik beberapa bulan terakhir ini mewarnai pemberitaan berbagai media di dalam negeri, mulai dari pengakuan Mahfud MD soal gagalnya pencalonan dirinya sebagai Wapres hingga berita mengenai pembagian uang 500 miliar yang dilakukan Sandiaga Uno kepada PAN dan PKS untuk memuluskan pencalonannya sebagai cawapres Prabowo masih bergaung hingga saat ini.
Tidak banyak yang tahu bila tidak mengkuti pemberitaan secara rutin bahwa dibalik hingar bingar pemberitaan tersebut, ternyata pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi berhasil menorehkan beberapa prestasi. Diantaranya adalah keberhasilan Indonesia mengekspor 60.000 domba ke Malaysia bulan Juni yang lalu, mengekspor 5.600 ton bawang merah ke Thailand tanggal 1 Agustus kemarin dan juga mengekspor kayu lapis ke Korsel.
Dan yang terbaru adalah upaya pemerintah untuk menyelesaikan jalan-jalan yang ada diperbatasan setelah sebelumnya berhasil mengubah pos-pos perbatasan yang puluhan tahun tampak kumuh menjadi jauh lebih baik, megah dan berwibawa.
Saat ini pemerintah sedang berusaha menyelesaikan pembangunan 1.920 km jalan paralel perbatasan di Kalimantan, yang ditarget tuntas pada tahun 2019. Pemerintah menargetkan tak ada lagi jalan paralel perbatasan Kalimantan yang belum tembus di 2019 nanti.
Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Sugiyartanto mengatakan saat ini pekerjaan jalan paralel perbatasan Indonesia dan Malaysia masih terus dikebut. Sisa pembangunan berada di ruas Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara.
“Di Kalimantan Barat dari sekitar 1.900 km itu tinggal 50-60 km lagi yang ke arah Kalimantan Utara. Yang Kalimantan Utara kalau nggak salah masih sekitar 200 km,” katanya saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa 14 Agustus 2018.
Kehadiran jalan perbatasan sekaligus melengkapi pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang sudah dibangun dan diharapkan bisa menjadi gerbang ekspor produk lokal Indonesia menuju negara tetangga. Tanpa adanya jaringan jalan, maka masyarakat perbatasan masih akan bergantung pada produk yang datang dari Malaysia.
Selain itu, dengan adanya jalan perbatasan juga dapat memperlancar kendaraan logistik melintas dan membawa produk-produk lokal menuju perbatasan.
Jalan yang bagus, otomatis akan membuat biaya logistik menjadi semakin murah karena waktu tempuh lebih pendek. Sebagai contoh, dulu dari Putussibau sampai Naga Badau membawa barang ke perbatasan Malaysia, harus menghabiskan biaya paling tidak 1 juta rupiah untuk menyewa truk. Sekarang, cukup dengan 300 ribu rupiah, itu pun sudah banyak yang rebutan.
Jalan di perbatasan sendiri sebetulnya sudah ada sejak lama, namun tidak terawat sama sekali. Bila musim kemarau, debu beterbangan kemana-mana dan berubah menjadi mirip kubangan kerbau tak kala musim hujan tiba. Hal ini menyebabkan jarak tempuh menjadi lama, bahkan ada jalan yang berbatu-batu sehingga pengendara motor butuh perjuangan untuk melewatinya.
Sebelum Jokowi
Namun itu dulu, dimana pemerintah saat itu menitikberatkan pembangunan hanya di pulau Jawa (Jawasentris). Kini, di bawah pemerintahan Jokowi yang menganut pembangunan yang merata ke seluruh Indonesia (Indonesiasentris). Sebagai salah satu wujud Nawa Cita Presiden Joko Widodo yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam rangka negara kesatuan Republik Indonesia. Berbagai hasil pembangunan pun terasa dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat di seluruh Indonesia.
Jalan yang rusak diperbaiki, diratakan dan diaspal, yang sempit diperlebar, yang pendek diperpanjang. Kini, jalan perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan sudah mulus dan licin. Dengan total panjang mencapai 1.920 km, jalan diperbatasan Kalimantan tersebut tersebar di Kalimantan Barat sepanjang 849 km, Kalimantan Timur 243 km dan Kalimantan Utara 827 km.
Disisi lain, saya tidak melihat adanya program yang jelas dari pihak Prabowo-Sandi, jeritan Prabowo “KAMI HANYA INGIN BERKUASA”, walaupun kemudian diikuti kata “atas izin rakyat” ketika berpidato saat pendaftaran ke KPU beberapa waktu yang lalu hanya menunjukkan jeritan hatinya yang haus kekuasaan, teriakan keputus-asaan untuk mencapai tampuk pemerintahan dengan segala cara, setelah gagal berkali-kali.
Coba perhatikan saja bagaimana pendukung Prabowo-Sandi yang kebingungan untuk menawarkan dan menjual program-programnya kepada masyarakat. Yang mampu mereka jual hanyalah program GAGAL Ok-Oce, main polling-pollingan, video jadul dan berita basi.
Apa kita yakin? Mau dipimpin oleh orang-orang seperti itu yang programnya gak jelas?. Untuk mengurus Jakarta saja tidak becus, bagaimana mau mengurus Indonesia yang begitu luas?. Takutnya berbagai program yang sedang berjalan akan terbengkalai, jalan-jalan yang hampir rampung dan akan segera selesai, terhenti atau bahkan dicoret anggarannya seperti yang kita saksikan di DKI Jakarta dimana pembangunan Rusunawa yang berkaitan dengan masyarakat luas justru dicoret dan anggarannya dialihkan untuk hal-hal lain yang tidak berguna dan tidak bermanfaat.
Jadi pilihan yang terbaik untuk saat ini masih tetap Jokowi, biarlah beliau menyelesaikan program-program kerjanya yang sudah terbukti nyata hasilnya dan dinikmati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Bagaimana menurut Anda?
Trailer Pengakuan Warga Perbatasan Terhadap Prestasi Jokowi
https://youtu.be/RqW3okxGpjM