Indovoices.com-Manajemen PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mengakui tekanan likuiditas pada perseroan terjadi karena manajemen kurang hati-hati dalam investasi.
Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko menuturkan komposisi portofolio investasi perseroan banyak di saham lantaran manajemen terdahulu mengejar imbal hasil tinggi (yield) guna membayar keuntungan investasi nasabah untuk produk saving plan yang dijual melalui agen bank (bancassurance).
“Penempatan hasil premi sangat jauh dari prinsip kehati-hatian jadi investasi digeser dan ditempatkan pada reksa dana saham dan saham, kenapa pilihannya seperti itu karena kalau dalam surat utang pemerintah tidak terkejar janji return yang diberikan nasabah,” katanya.
Hexana memaparkan manajemen terdahulu menempatkan dana nasabah pada saham maupun reksa dana saham yang memiliki risiko tinggi bukannya saham dengan kapitalisasi besar alias blue chip. Imbasnya, ketika pasar modal turun, maka nilai investasi Jiwasraya juga ikut anjlok.
“Jadi masalahnya adalah ketika produk ini diluncurkan perusahaan butuh likuiditas tinggi tapi masalahnya ketika imbal hasil dijanjikan nasabah sangat tinggi yang pada kenyataan tidak bisa di-cover hasil investasi,” paparnya.”Saham-saham yang nilainya Rp50 (per saham) banyak sekali. Bahkan saham yang di-suspend (suspensi) juga banyak,” katanya.
Sebaliknya, kata Hexana, investasi perusahaan pada surat utang pemerintah (government bond) porsinya tidak mencapai ketentuan yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 30 persen. Sedangkan investasi pada saham dan reksa dana saham porsinya lebih dari 50 persen.
Untuk diketahui, yield yang ditawarkan melalui produk tersebut mencapai 13 persen. Jumlah itu lebih tinggi dari rata-rata yield surat utang pemerintah yakni 9 persen. Tak heran, jika manajemen menempatkan premi nasabah pada portofolio saham.
Data perseroan menyebutkan ekuitas Jiwasraya tercatat negatif sebesar Rp23,92 triliun per September 2019. Pasalnya, liabilitas perseroan mencapai Rp49,6 triliun sedangkan asetnya hanya Rp25,68 triliun.
Sementara itu, untuk memenuhi rasio solvabilitas atau Risk Based Capital (RBC) 120 persen Jiwasraya maka membutuhkan dana sebesar Rp32,89 triliun.(cnn)