Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para petani agar tidak berjalan sendiri-sendiri. Tetapi membuat kelompok. Ia menilai Kelompok Tani atau Poktan atau Gabungan Kelompok Tani (Gapok) belum cukup. Untuk menjadi kekuatan besar perlu dibuat kelompok yang lebih besar lagi.
“Kelompok besar petani, kelompok besar Poktan, kelompok besar Gapoktan. Yang sering saya sampaikan yang namanya mengkorporasikan petani. Harus ada korporasi Gapoktan, harus ada korporasi Poktan, harus ada korporasi petani dalam jumlah yang besar,” kata Presiden Jokowi dalam sambutannya saat membuka Asian Agriculture & Food Forum (ASAFF), di Istana Negara, Jakarta, Kamis (28/6) sore.
Dengan membentuk kelompok korporasi, menurut Presiden, ada skala ekonomisnya. Kalau swasta besar bisa, Kepala Negara meyakini petani-petani kita juga bisa. Kalau perusahaan-perusahaan besar bisa, petani-petani kita juga bisa. “Keyakinan itu yang selalu saya sampaikan dimana-mana,” ujarnya.
Menurut Kepala Negara, petani tidak boleh lagi rutinitas urusan pupuk, urusan benih, karena itu sudah berpuluh-puluh tahun dilakukan. Ia menekankan perlu ada lompatan kenaikan kesejahteraan.
Untuk itu, Presiden Jokowi menawarkan untuk membentuk korporasi petani, membuat korporasi Gapoktan maupun Poktan. Sehingga petani terorganisir betul dalam jumlah yang besar di setiap daerah, entah itu dalam wilayah kecamatan atau dalam wilayah kabupaten.
“Tapi pengelolaannya harus profesional, orang mengerti urusan produksi tapi orang itu harus mengerti urusan pemasaran. Karena keuntungan terbesar itu bukan pada saat kita menanam atau pada saat kita panen, tetapi keuntungan terbesar itu pasca panennya,” tutur Presiden Jokowi.
Jangan sampai, lanjut Presiden, petani diarahkan terus untuk menjual yang namanya gabah. “Stop itu, petani harus bisa menjual beras. Tetapi berasnya harus sudah dalam bentuk kemasan. Itu yang selalu saya sampaikan terus menerus. Karena keuntungannya ada di situ,” terang Presiden.
Kepala Negara juga menekankan, petani sendiri harus bisa menjual sampai ke konsumennya. Caranya, silakan, bisa dititipkan ke online store, bisa dipasarkan sendiri secara online. Namun Kepala Negara mengingatkan,yang namanya pemasaran sebuah produk itu memang harus dikerjakan oleh petani itu sendiri. Karena keuntungannya ada di situ, di perdagangannya, di pemasarannya.
Contoh Indramayu
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menyampaikan salah satu contoh di Indramayu, dimana petani dan BUMN membuat PT (Perseroan Terbatas),. Ada di situ pengeringnya, RMU tapi yang gede yang moderen, langsung packaging nya juga ada di situ.
“Saya tanya oke ini sisi produksinya sudah bagus, pengeringannya tidak digelar di halaman rumah tapi dimasukkan ke unit pengering betul, sehingga kualitas berasnya juga meningkat dari medium masuk ke premium karena yang pecah juga sangat sedikit, keuntungan ada di situ,” ujar Kepala Negara.
Yang kedua, lanjut Kepala Negara, langsung di packaging, langsung dikemas, diberi brand produk, nama produknya jelas, digambar yang baik sehingga konsumen yang melihat juga ingin membeli.
Presiden Jokowi menuturkan, perusahaan-perusahaan besar melakukan itu, petani juga harus melakukan itu.
“Tanpa kita masuk ke urusan bisnisnya, urusan pemasarannya, urusan pasca panennya, lupakan yang namanya loncatan kenaikan kesejahteraan petani akan ada,” tukas Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Kepala Staf Kepresidenan selaku Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko, dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman. (MAY/OJI/ES)