Indovoices.com –Satgas Penanganan Covid-19 berencana menjadikan tes cepat antigen sebagai syarat perjalanan. Hal itu untuk menghindari penularan virus corona saat libur Natal dan Tahun Baru.
Namun, seberapa efektifkan tes tersebut dalam mendeteksi virus corona? Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan akurasi (sensitivity dan spesificity) Rapid Diagnostic Test (RDT) Antigen masih relatif lebih tinggi daripada RDT antibodi.
Meski demikian, klaim akurasi produsen perlu diuji oleh otoritas. Pasalnya, kualitas alat tes bisa saja menurun karena penanganan yang salah dari pabrik hingga saat digunakan. Terlebih lagi alat tersebut sensitif terhadap perbedaan suhu.
Di sisi lain, Wiku mengatakan RDT hanya cara untuk menyaring mereka yang kemungkinan tertular virus corona. Namun, tes tersebut bukan untuk menegakkan diagnosis.
“Bila reaktif, harus dilanjut dengan pemeriksaan Swab PCR yang fungsinya diagnostik sebagai Gold Standard,” ujar Wiku kepada Katadata.co.id pada Sabtu (19/12).
Dengan begitu, kata dia, potensi false negative atau false positive dari RDT tetap ada. Potensi ketidakakuratan juga tidak bisa dihilangkan, meskipun bisa diperkecil.
Demikian pula dengan Swab PCR, lanjut Wiku, bisa saja hasilnya salah meskipun tes tersebut merupakan standar emas. Hal itu bisa terjadi jika pengambilan sample tidak sempurna.
“Mesin bisa dikontrol tapi hasil kerja manusia masih berpotensi error,” kata dia.
Untuk menegakkan diagnosa, hasil tes harus dikombinasikan dengan gejala klinis dan anamnesa atau cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara pasien. “Salah satu cara anamnesa dengan menggali kontak erat dan lain-lain,” ujar Wiku.
Sebelumnya, Wiku mengatakan bahwa pemerintah sedang menyusun kebijakan perjalanan selama periode liburan panjang. Salah satunya memasukkan syarat tes antigen bagi pelaku perjalanan.
“Satgas menyadari beberapa bagian dari peraturan ini terkesan sulit dijalankan. Tapi masyarakat harus menyadari kebijakan yang dikeluarkan pemerintah bertujuan melindungi masyarakat dan mencegah lonjakan kasus COVID-19,” jelasnya.
Setelah kurang lebih 10 bulan menghadapi pandemi, pemerintah dan masyarakat disebutnya telah bergotong-royong untuk mengaplikasikan perilaku 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak) untuk meminimalisir penularan COVID-19. Meski begitu, kasus Covid-19 terus bertambah dari hari ke hari.
Oleh karena itu, pemerintah akan memperkuat perlindungan masyarakat dengan vaksin virus corona. Pemerintah akan memastikan seluruh masyarakat memiliki akses terhadap vaksin tersebut.
“Presiden Joko Widodo telah mengumumkan bahwa pemerintah berkomitmen menyediakan vaksin Covid-19 secara gratis kepada seluruh masyarakat Indonesia,” ujarnya.(msn)