Indovoices.com-Dalam upaya mencegah penyebaran virus corona, pemerintah Italia menerapkan aturan-aturan yang menuai pro dan kontra di masyarakat.
Pemerintah Negeri “Pizza” memberlakukan penutupan sekolah-sekolah dan universitas-universitas.
Kemudian masyarakat juga diimbau untuk menghindari bergaul dengan banyak orang, serta menjaga kontak fisik seminimal mungkin.
Sky News sempat menanyai sekelompok pelajar yang sedang berjalan di luar tempat mereka seharusnya menghadiri kelas.
Sembilan juta siswa sekolah di Italia kini menjalani masa “liburan” yang tidak terduga, setidaknya hingga pertengahan Maret.
“Ini gila. Kami kesal karena terhentinya pelajaran” kata Eliza Pelagalli.
“Beberapa siswa yang mengejar kelulusan periode ini harus melakukan pekerjaannya dengan internet, padahal banyak yang harus mereka lakukan.”
“Menghentikan pelajaran bagi kami sama seperti menghentikan kehidupan,” lanjutnya.
Sementara itu di Roma, toko-toko kimia kehabisan hand sanitizer dan masker.
Beberapa apoteker kemudian membuat masker sendiri untuk mengisi kembali persediaan.
Sky News sempat bertemu dengan Giulia Papello, yang membuat hand sanitizer sendiri di laboratorium kecil belakang apotek.
Dia membuatnya dengan menuangkan campuran alkohol ke botol kecil untuk dijual.
Giulia mengatakan tidak ada opsi lain. Mereka tidak biasa mendapat stok dari pemasok karena permintaan meningkat dari hari ke hari, seiring virus corona yang telah menyebar.
“Sangat sulit menemukan masker bahkan untuk kita sendiri. Sulit menemukan alkohol juga. Semua kehabisan stok,” tuturnya.
Kemudian saat Sky News bertemu Profesor Walter Ricciardi, lulusan University of Naples itu enggan berjabat tangan.
Sang profesor mengatakan, “Kami orang Italia, kami suka berjabat tangan. Kami ingin mencium, tapi kami harus menghindarinya.”
Profesor Ricciardi menambahkan, “Ini benar-benar dramatis.”
“Dan berdasarkan langkah-langkah penutupan sekolah, terbukti bahwa cara ini tidak efektif. Tetapi untuk membatasi (penyebaran virus), kami masih percaya ini tindakan yang tepat,” ungkapnya.
Sky News menuturkan, saat ini tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah Italia mungkin memang bisa menahan penyebaran virus corona, tetapi dampaknya telanjur meluas.
Banyak calon turis yang membatalkan kunjungannya ke Italia, akibatnya hampir semua hotel di Roma turun drastis pemesanannya.
Sky News mengabarkan, salah satu operator tur mengalami ribuan pembatalan dalam beberapa hari terakhir ini.
Tak pelak, ini menjadi kekhawatiran bagi orang-orang di kota yang sangat bergantung pada pariwisata.
Contohnya seniman jalanan Danilo Muscara yang bergantung pada turis untuk mencari nafkah.
Dia menuturkan uang yang terkumpul di topinya sekarang tidak sebanyak biasanya.
“Apakah kamu cemas?” tanya reporter Sky News.
Danilo menanggapinya dengan senyum. “Situasi tidak akan berubah meski kamu khawatir atau tidak khawatir.”
“Aku tidak khawatir,” tegasnya.
Danilo memang menunjukkan keteguhannya, tapi itu tidak menutup fakta bahwa Roma dan seisi Italia khawatir.
Bukan hanya tentang penyebaran virus corona, tapi juga dampaknya pada pekerjaan, pariwisata, dan ekonomi.
Masih ada keyakinan dan hiburan
Namun di tengah kekhawatiran yang melanda, masih ada penduduk Italia yang menunjukkan keyakinannya.
Salah satunya adalah Christina Verdone, anak perempuan berusia 15 tahun yang ditemui Sky News.
Christina mengatakan bahwa langkah pemerintah Italia sudah tepat, tapi kurang cepat.
“Kurasa mereka seharusnya melakukannya berbulan-bulan yang lalu. Seharusnya di awal Januari,” tuturnya.
Christina membayangkan mungkin yang terjadi akan berbeda jika pemerintah bertindak lebih cepat.
Akan tetapi dia dan banyak orang lain kini merasa lebih percaya diri setelah tindakan-tindakan itu diterapkan.
Ada juga warga Italia yang menanggapi isu virus corona dengan santai.
Sebuah bar di Milan, sekitar 60 kilometer dari lokasi pertama penyebaran wabah virus corona, memberi diskon makanan dan minuman sebagai “senjata perang” melawan virus corona.
Bar ini mengubah istilah “happy hour” menjadi “aperitiviruses“, di mana minuman beralkohol dan makanan ringan dapat dibeli dengan diskon.
Kemudian di toko Gelateria Infinito di pinggiran Cremona, pelanggan bisa mendapatkan “kue corona” yang tampilannya seperti mahkota, menunjukkan lonjakan virus Covid-19.
Sebagai tambahan informasi, Cremona merupakan sebuah daerah di wilayah Lombardy yang banyak melaporkan kasus infeksi virus corona.
“Kami tahu ini adalah masalah serius, tetapi masalah tidak bisa diselesaikan dengan kesedihan dan ketakutan,” kata pemilik toko, Andrea Schirali dan istrinya, Daniela, kepada harian Repubblica.
“Yang penting adalah mengikuti instruksi dan tetap tenang. Jika kita makan es krim yang enak saat ini, tentunya bukan jadi masalah,” kata mereka.
Sejumlah warga Italia juga memilih menanggapi isu virus corona dengan membuat hiburan.
Ada beragam meme yang diunggah ke media sosial, di antaranya menyindir harga hand sanitizer sekarang semahal mobil mewah, dan saking mahalnya hand sanitizer mungkin bisa jadi komiditas dagang baru bagi gembong narkoba.
Pemerintah Italia melakukan beragam tindakan untuk menekan angka penyebaran virus corona.
Selain penutupan sekolah dan universitas, sejumlah pertandingan olahraga ditunda, dan kunjungan ke panti jompo dibatasi.
Tindakan-tindakan itu di luar penangguhan jadwal penerbangan dan pembatasan akses ke beberapa kota, yang sudah menjadi tindakan standar di negara-negara yang terjangkit virus corona.(msn)