Indovoices.com– Kejuaraan Indonesia Open 2019 kembali di gelar di Istora Gelora Bung Karno (GBK) pada 16-21 Juli 2019. Sejak tahun 1961 Istora GBK telah menjadi saksi para pebulutangkis dunia menorehkan prestasi di podium Juara Dunia Bulutangkis.
Indonesia Open 2019 merupakan salah satu kejuaraan bergengsi dunia yang digelar dalam rangkaian kegiatan BWF World Super 1000 yang diselenggarakan oleh federasi bulutangkis dunia (Badminton World Federation /BWF).
Kejuaraan ini diikuti oleh para pemain yang berada dalam peringkat 32 besar dunia pada masing-masing kategori yaitu perorangan putra, perorangan putri, ganda putra, ganda putri dan ganda campuran. Selain memperebutkan gelar, para pemain juga memiliki kesempatan untuk mendulang poin terkait dengan perebutan tiket atau kualifikasi menuju Olimpiade 2020 yang akan berlangsung di Tokyo, Jepang. Dihadiri oleh lebih dari 230 orang pebulutankis dari 20 negara unjuk kemampuan dalam kejuaraan ini.
Dengan total hadiah sebesar USD 1,250,000 atau setara dengan Rp. 17.59 miliar rupiah, Indonesia Open 2019 menempati posisi teratas perolehan hadiah dibandingkan dengan kejuaraan Yonex All England Open 2019 dan Victor China Open 2019 yang memiliki total hadiah sebesar USD 1,000,000 atau setara dengan Rp. 14,09 miliar rupiah.
Mengangkat konsep sportainment, Indonesia Open 2019 tidak hanya menawarkan pertunjukan para pemain bulutangkis dunia yang berlaga di arena tetapi juga beragam kegiatan hiburan dan seni saling berpadu. Istora GBK dihiasi beragam ornamen bertema bulutangkis sehingga membuat venue ini bagai istana bulutangkis yang ramah bagi pengunjung dewasa maupun anak-anak. Pengunjung dapat melakukan beragam aktivitas seperti berswafoto pada spot instagramable, menikmati beragam kuliner di arena food festival, bersantai di relax zone dan bermain di arena bermain anak. Untuk pertama kalinya pada Indonesia Open 2019, budaya Indonesia kental terwakili melalui pakaian batik yang digunakan oleh para wasit yang memimpin pertandingan dan pakaian lurik khas Jawa lengkap dengan blangkon sebagai penutup kepala yang dikenakan oleh para hakim garis, makin menguatkan beragam budaya yang dimiliki Indonesia. (setneg)