Indovoices.com-New York memiliki jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia, dan sekitar separuh korban meninggal di Amerika Serikat (AS) akibat virus corona ada di sana.
Mengapa itu bisa terjadi, dan apa yang bisa diupayakan pemerintah untuk mengatasinya?
Berikut adalah penjelasannya yang dilansir dari pemberitaan AFP.
1. Apakah New York lebih rentan?
Pada Jumat (10/4/2020) negara bagian New York memiliki hampir 160.000 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi. Jumlah ini melebihi negara-negara Eropa dengan dampak terparah seperti Italia dan Spanyol.
Gubernur New York Andrew Cuomo berulang kali telah mengatakan, bahwa kepadatan dan jumlah pengunjung asing menjadikan New York City tempat penyebaran ideal untuk penyakit menular.
Ibu kota keuangan AS tersebut berpopulasi 8,6 juta jiwa. Ada 10.000 orang per kilometer persegi, menjadikannya kota terpadat di Negeri “Uncle Sam”.
Jutaan penumpang kereta komuter berdesakan di kereta bawah tanah setiap hari, bahkan menjaga jarak di trotoar pun terkadang sulit karena saking sesaknya.
New York City (NYC) memiliki lebih dari 60 juta wisatawan per tahun, dan merupakan titik masuk ke AS bagi banyak pelancong.
Itu berarti, siapa pun yang membawa virus corona kemungkinan akan menulari orang lain lebih dulu di sana.
Ahli genetika AS memperkirakan bahwa virus corona mulai menyebar di NYC dari Eropa pada Februari, sebelum kasus pertama dikonfirmasi di New York pada 1 Maret.
Kota berjuluk “Big Apple” ini juga memiliki ketimpangan sosial ekonomi yang masif.
Daerah-daerah yang super padat dan miskin seperti di Bronx dan Queens, mencatatkan tingkat infeksi tertinggi.
“NYC memiliki semua prasyarat yang akan memperkuat alasan kenapa dampaknya terparah,” kata Irwin Redlener, profesor kesehatan masyarakat dan pakar persiapan bencana di Universitas Columbia.
2. Apakah pejabat meremehkan risiko?
Pada 2 Maret ketika kasus kedua dikonfirmasi di New Rochelle bagian utara NYC, Cuomo mengatakan sistem perawatan kesehatannya adalah yang terbaik “di planet ini.”
“Kami bahkan tidak berpikir itu akan sama buruknya dengan di negara lain,” tambahnya saat itu, dikutip dari AFP.
Setelah banyak keraguan melingkupi, akhirnya Wali Kota New York City Bill de Blasio mengumumkan penutupan sekolah, bar, dan restoran mulai 16 Maret.
Para ahli mengatakan, kebijakan ini butuh waktu terlalu lama untuk ditempuh.
“Wali kota dan gubernur saling tarik menarik antara dua kekuatan yang berlawanan.”
“Yang satu mengatakan kita harus menutup sekolah dan restoran secepat mungkin, yang lain mengatakan ada banyak konsekuensi ekonomi dan sosial dari menutup semuanya lebih awal,” kata Redlener.
“Semua orang mendapat pesan yang bercampur, termasuk dari pemerintah federal, dari (Presiden Donald) Trump,” imbuhnya.
3. Apakah reaksi di negara bagian lain lebih baik?
California negara bagian terpadat di AS, sering dicontohkan sebagai yang terbaik dalam merespons wabah virus corona.
Hingga Jumat (10/4/2020) California mencatatkan total 20.200 kasus dengan 550 korban meninggal.
Pada 16 Maret enam kabupaten di wilayah Teluk San Francisco mengeluarkan perintah untuk tetap di rumah, lalu diikuti secara keseluruhan oleh negara bagian 3 hari kemudian.
“Satu hal yang saya anggap signifikan adalah bahwa 6 kabupaten tetangga berkumpul dan mengeluarkan perintah (larangan keluar) yang sama, dan mereka melakukannya lebih awal,” kata Meghan McGinty seorang doktor di sekolah kesehatan masyarakat Universitas Johns Hopkins.
“Ada konsistensi, berbeda dengan NYC yang mengambil satu kebijakan, lalu Westchester mengambil kebijakan lain, dan Long Island melakukan yang lain,” ungkapnya pada kantor berita AFP.
Ada jeda 6 hari antara perintah penutupan sekolah dan perintah agar penduduk tetap di rumah.
“Dalam istilah epidemi, enam hari layaknya satu tahun dan benar-benar dapat membuat perbedaan dalam kontrol dan penyebaran epidemi.”
“Jadi saya pikir mungkin bisa dikatakan, dalam retrospeksi, New York menunggu terlalu lama,” kata McGinty.
4. Siapa yang disalahkan?
Ketika krisis nantinya berlalu, tudingan untuk saling menyalahkan mungkin dimulai.
Cuomo dan de Blasio dari Partai Demokrat selama berminggu-minggu telah menyesalkan keterlambatan administrasi Trump dalam menjalankan tes Covid-19 di negara-negara bagian. Bahkan sampai sekarang jumlah tesnya belum mencukupi.
Para pejabat New York juga mengarahkan sorotan tajam ke pemerintah federal yang dinilai lambat dalam menyuplai ventilator (alat bantu pernapasan).
Dengan jumlah korban virus corona yang jauh melebihi korban tewas dari tragedi 9/11, Phil Murphy selaku Gubernur New Jersey yang bersebelahan dengan New York yang juga terdampak buruk, memiliki satu usul.
Ia menyarankan pembentukan komisi yang mirip dengan komisi penyelidikan saat peristiwa 9/11 terjadi pada 2001.(msn)