Indovoices.com –Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto tak memandang perlu perdebatan Vaksin Nusantarasebagai vaksin atau terapi dan juga penamaannya. Menurutnya, yang terpenting dilakukan adalah segera mempublikasi teknologi terapi kekebalan tubuh berbasis vaksin sel dendritik yang teknologinya sudah dikuasai tersebut untuk dijadikan bukti riset Covid-19 kepada dunia.
“Soal hipotesisnya nanti diterima atau ditolak, itu bukan persoalan. Yang penting sudah kita buktikan pakai riset,” katanya dalam webinar ‘Pandemic Covid 19: Lessons Learned and Efforts to Reinforce Health Security to Accelerate Covid-19 Handling’ yang digelar dalam rangka ulang tahun ke-71 RSPAD Gatot Soebroto pada Selasa, 27 Mei 2021.
Dalam webinar yang disiarkan langsung di akun media sosial YouTube milik rumah sakit itu, Terawan, dokter TNI AD berpangkat Letnan Jenderal (purnawirawan), menjawab kritik yang selama ini ditujukan terhadap riset yang dipimpinnya tersebut. Termasuk perihal Vaksin Nusantara yang mahal namun tidak bisa dimanfaatkan secara massal layaknya vaksin umumnya.
“Urusan (membuatnya menjadi) massal itu simpel sekali…itu urusan inovasi,” kata dia sambil menekankan kebutuhan yang lebih mendesak adalah untuk segera mempublikasi hasil riset.
Saat ini, dia menyebutkan, uji klinis yang diklaim sudah sampai fase dua itu tengah menjadi pembicaraan dunia dan bahkan sudah dimuat dalam sebuah jurnal ilmiah internasional. Terawan mendorongnya segera memasuki uji klinis fase tiga atau final–fase yang sejatinya melibatkan jumlah dan lokasi responden atau relawan yang luas.
“Jalan terus, jangan takut, saya percaya safety-nya tinggi. Segera secepatnya masuk ke uji klinis 3 untuk kita bisa segera memaparkannya ke dunia,” katanya menyerukan kepada tim dokter di RSPAD Gatot Soebroto.
Dokter yang juga terkenal untuk kontroversi terapi ‘cuci otak’ ini meyakinkan kembali kalau terapi kekebalan tubuh berbasis vaksin sel dendritik yang kemudian dipilihkannya nama Vaksin Nusantara itu sangat aman. Dia mengklaim riset itu telah dirintisnya di RSPAD Gatot Soebroto sejak 2015 untuk terapi kanker dan sekarang termasuk menjadi negara pertama yang mengembangkannya untuk Covid-19.
“Kita hanya mengubah antigennya menjadi antigen rekombinan artifisial atau rekombinan SARS-CoV-2. Artinya, kita bisa sesuaikan kapan saja, mau mutasi kayak apa, bisa kita sesuaikan,” kata eks Kepala RSPAD Gatot Soebroto itu memaparkan dalam webinar.
Dengan kelebihan itu, kata Terawan, ketahanan dan kesehatan nasional menghadapi pandemi bisa diatasi dengan membuat imunitas yang baik buat setiap warga negara. Dia kemudian mengutip pengalaman dirinya sebagai relawan Vaksin Nusantara dan mengaku telah merasakan efek imun dari vaksinasi tersebut. “Rasanya enak,” kata dia sambil menambahkan efek, berdasarkan literatur yang dibacanya, kekebalan tubuh berpuluh tahun. “Riset ini akan jadi legend bagi RSPAD,” kata Terawan lagi.
Seperti diketahui, riset Vaksin Nusantara telah mengundang pro dan kontra sebelum pemerintah menetapkannya bukan lagi sebagai riset vaksin Covid-19. Risetnya sebagai vaksin juga sempat dihentikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan karena sejumlah prosedur uji klinis yang dianggap tak diikuti oleh Terawan dan timnya. Di antaranya tak ada pengawasan dari Komite Etik.
Riset Vaksin Nusantara muncul ke permukaan setelah Terawan dicopot sebagai Menteri Kesehatan RI pada Desember lalu. Riset sempat dipusatkan di Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang, Jawa Tengah, sebelum kemudian dipindah ke RSPAD Gatot Soebroto menyusul penetapan penghentian sementara oleh BPOM.