Indovoices.com-Kementerian Agama bersama dengan pihak-pihak terkait terus melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan ibadah haji. Menag menyampaikan hal tersebut dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR bersama dengan Menteri Agama dalam rangka Evaluasi Penyelenggaraan Operasional Haji 1440H/2019M, di Cisarua, Bogor.
“Hal-hal kecil pun coba kami perhatikan, untuk menyempurnakan inovasi yang selama ini telah dilaksanakan. Pada 2019, telah dilakukan sekurangnya 10 inovasi dalam penyelenggaraan ibadah haji Indonesia,” tutur Menteri Agama Fachrul Razi.
Pertama, percepatan keimigrasian (fast track). Dengan layanan ini menurut Menag, jemaah haji tidak lagi melakukan proses keimigrasian setibanya di Bandara Jedah atau Madinah. “Karena proses keimigrasian sudah dilakukan semua di tanah air. Selain itu juga ada tambahan layanan berupa pengurusan dan pengantaran bagasi jemaah dari bandara ke hotel langsung oleh maktab wukala almuwahad,” jelasnya.
Namun menurut Menag, layanan yang telah dilaksanakan mulai tahun 2018 ini, saat ini baru dapat dinikmati oleh jemaah haji dari Provinsi DKI Jakarta, Banten, Lampung, dan Jawa Barat. “Ini yang diberangkatkan dari Bandara Soekarno Hatta saja. Kita akan upayakan tahun depan, agar fast track ini dapat juga diberikan kepada jemaah-jemaah lainnya. Setidaknya untuk embarkasi-embarkasi besar,” ungkap Menag.
Kedua, sewa hotel full musim di Madinah. “Tahun ini baru bisa dilakukan sewa hotel full musim untuk 76 persen penginapan di Madinah.Ini meningkat dari tahun lalu yang baru 50 persen. Ke depan kita berharap dapat dilakukan 100 persen. Karena sewa full musim dirasakan lebih banyak keuntungannya dibandingkan blocking time,” paparnya.
Ketiga, penomoran tenda di Arafah. “Mulai tahun 2019 ini seluruh tenda di Arafah dan Mina dipasang label yang berisi keterangan nomor tenda, nomor kloter, dan kapasitas tenda. Ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi jemaah. Dan ini akan kita lanjutkan,” ujar Menag.
Keempat, melakukan revitalisasi satgas Arafah Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Hal ini dilakukan dengan mengefektifkan kembali komposisi yang sudah di uji coba tahun lalu. “Salah satunya dengan mengaktifkan MCR atau mobile crisis rescue saat Armuzna,” terang Menag.
Kelima, untuk meningkatkan koordinasi serta percepatan penanganan masalah di lapangan, para petuas kloter telah menggunakan aplikasi Haji Pintar. Dengan aplikasi berbasis android ini, para petuga kloter lebih cepat melaporkan hasil kerja maupun masalah yang mereka hadapi di lapangan.
Keenam, inovasi juga dilakukan dalam penyempurnaan panduan manasik haji. “Kita juga melakukan publikasi video dan tulisan, serta tanya jawab melalui sosial media,” ujar Fachrul Razi.
Ketujuh, untuk meningkatkan kenyamanan layanan bagi jemaah, pemerintah juga telah melakukan restruksturisasi kantor daerah kerja (daker) baru. Gedung baru kantor daker digunakan untuk kendali penyelenggaraan dan pemusatan layanan pada gedung lama.
Kedelapan, pemerintah melakukan integrasi siskohat dan siskohatkes. “Ini sudah dilakukan sejak proses pelunasan dilakukan oleh jemaah,” imbuh Menag.
Kesembilan, pemerintah melakukan pembagian wilayah berdasarkan zonasi selama di Makkah. Inovasi ini menurut Menag banyak disambut baik oleh jemaah. “Mereka juga lebih nyaman karena bertemu dengan orang sekampungnya dengan diberlakukannya ini,” kisah Menag.
Kesepuluh, adalah pemasangan AC di tenda Arafah. “Mulai tahun ini, seluruh tenda di Arafah sudah dipasang AC. Jadi cukup sejuk,” kata Menag. (jpp)