Indovoices.com –Bank Indonesia (BI) mengungkapkan adanya potensi peningkatan inflasi di tahun 2021 dari skema pembagian beban (burden sharing) dalam pembiayaan utang untuk pemulihan ekonomi nasional, khususnya sektor public goods, UMKM, dan korporasi.
Senada dengan BI, Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga berpendapat kalau inflasi berpotensi naik di tahun depan, dalam kisaran kajian BI. “Ini asumsinya, tergantung bagaimana pola pemulihan pasca PSBB dan efektivitas stimulus fiskal. Selain itu, juga perlu melihat perkembangan eksternal, terutama terkait Covid-19,” kata David.
Sejalan dengan bank sentral dan David, Ekonom Institut For Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, memang ada risiko peningkatan inflasi di tahun 2021. Menurut perkiraannya, bahkan inflasi bisa bergerak di kisaran 6% – 10% dan dikhawatirkan mampu semakin menggerus daya beli masyarakat.
Untuk menjaga agar lonjakan inflasi, Bhima melihat ada beberapa langkah yang bisa diupayakan. Pertama, menjaga pasokan pangan untuk antisipasi adanya penurunan tajam produksi pangan global.
Apalagi, komponen pangan merupakan komponen penyumbang inflasi terbesar. Saat ini memang permintaan sedang rendah, tetapi pandemi juga bisa menghambat dari sisi pasokan. Bahkan, beberapa produsen pangan misalnya Vietnam dan Thailand mulai menurunkan ekspornya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. (msn)