Indovoices.com –Pemerintah membutuhkan dana sebesar USD4,5 miliar atau sekitar Rp65,2 triliun (asumsi kurs Rp14.500/USD) untuk memproduksi vaksin covid-19. Kebutuhan vaksin tersebut diperuntukkan bagi 160 juta sampai 190 juta penduduk Indonesia.
Menteri BUMN Erick Thohir menyebut setiap orang setidaknya divaksin sebanyak dua kali. Artinya, vaksin yang diproduksi bisa mencapai dua kali lipat atau sebanyak 380 juta.
“Anggap saja 300 juta dikali USD15 per satu vaksin berarti sudah USD4,5 miliar,” kata Erick dalam bincang virtual.
Erick menjelaskan kebutuhan anggaran tersebut sudah dibicarakan dalam rapat kabinet. Kebutuhan dana ini kemungkinan diambil dari alokasi anggaran Kementerian Kesehatan yang mendapat pagu sebesar Rp87,5 triliun.
“Dari anggaran Menteri Kesehatan yang tersisa Rp24,8 (triliun) ya mungkin sebagian buat down payment vaksin dulu,” ungkap Erick.
Adapun BUMN melalui PT Bio Farma telah memproduksi sebanyak 100 juta vaksin. Namun angka tersebut tidak cukup jika dihitung dari jumlah penduduk Indonesia. Karena itu, produksi vaksin akan ditingkatkan menjadi 250 juta hingga akhir tahun.
“Paling tidak cukup. Ada cost-nya membangun 150 juta tambahan itu Rp1,3 triliun,” tutur dia.
Lebih lanjut, pengembangan vaksin kini masuk tahap uji klinis fase ketiga dengan kategori produk halal. Dalam pengembangan vaksin ini, Bio Farma menggandeng Sinovac Biotech Ltd, perusahaan asal Tiongkok.
Erick menambahkan ketimpangan antara kebutuhan dan jumlah vaksin yang diproduksi Bio Farma, dapat ditutup oleh swasta. Namun produk vaksin tersebut tidak bisa sembarang dijual alias harus mendapatkan izin dari pemerintah.
“Saya rasa kalau dibebaskan nanti si kaya dan si miskin ada lagi dong, Nanti yang kaya duluan pada disuntik karena pada bayar duluan. Kan enggak bisa seperti itu,” pungkas Erick. (msn)