Indovoices.com-Komitmen kuat Indonesia memanfaatkan bauran energi bersih biodiesel, telah mendorong sejumlah negara tetangga melakukan hal yang sama. Yakni, ikut melakukan uji coba menggunakan energi bersih biodiesel. Diantaranya adalah Malaysia, yang saat ini pada tahap menerapkan B20, demikian halnya Vietnam, Thailand dan juga Kolumbia. “Kolumbia sekarang sedang giat menanam sawit,” jelas Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdalifah Machmud, dalam Diskusi media FMB9 dengan tema “Diskriminasi Kelapa Sawit, B30 Siap Meluncur” di Ruang Serba Guna Kementerian Kominfo.
Banyaknya negara yang mulai menggunakan energi bersih biodiesel, membuat Musdalifah optimis, masa depan kelapa sawit Indonesia akan semakin cerah. Saat ini Indonesia merupakan negara terbesar penghasil sawit dengan produksi sekitar 45 juta ton. Indonesia juga sebagai eksportir terbesar. “Negeri kita sangat cocok untuk menanam sawit. Dengan pendidikan sebagian besar masyarakat cocok untuk mengelola sawit. Banyak petani tertolong hidupnya karena sawit,” kata Musdalifah. Selanjutnya, Musdalifah menegaskan bahwa semua kebun sawit kita kelola dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan. “Kampanye sawit sebagai sebab deforestasi di dunia tidak benar. Karena lahan sawit terhitung kecil, hanya sekitar 0,3 persen dari deforestasi dunia yang mencapai 700 juta hektar. Lagi pula, sebagian besar, di Indonesia 49 persen lahan sawit merupakan milik masyarakat. Ini usaha yang sangat menguntungkan masyarakat. Karena itu, kita terus dorong sawit Indonesia berkembang dengan baik. Tentu saja, cara-cara pengelolaan sawit terus diperbaiki dan ramah lingkungan,” jelasnya. Pemanfaatan sawit untuk biodiesel, demikian ditambahkan Musdalifah, telah menghemat devisa untuk impor solar cukup signifikan. Lewst B20, berjasil menggantikan impor sebesar 3,5 juta kiloliter. “Saat kita mengimplentasikan B30, membutuhkan sawit sedikitnya 6 juta ton. Jadi ini betul-betul sangat luar biasa, untuk mengurangi impor solar. Dengan sendirinya ini juga akan menumbuhkan usaha sawit yang terbukti mampu menyerap tenaga kerja cukup besar. Yakni, sekitar 8,5 juta tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung nya bisa mencapai 12 juta,” jelasnya.
Selain Musdalifah, ikut tampil sebagai pembicara dalam diskusi yang diinisiasi Kementerian Kominfo itu adalah Andriah Feby Misna (Direktur t Bioenergi KemenESDM) dan Dedi Junaedi (Direktur Pengolahan & Pemasaran Ditjen Perkebunan Kementan). (jpp)