Indovoices.com-Jumlah kasus positif COVID-19 di Indonesia terus naik, kini total mencapai 9.096 kasus per Senin (27/4), bertambah 214 kasus dari jumlah sebelumnya. Tenaga medis, baik dokter maupun perawat, adalah kelompok yang berisiko tinggi tertular jika tak dipersenjatai dengan alat pelindung diri (APD) sesuai standar. Tak sedikit dari mereka yang dilaporkan meninggal dunia usai tertular COVID-19.
Berdasarkan data dari Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng M. Faqih, sejauh ini ada 25 dokter yang meninggal terkait dengan kasus virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit COVID-19.
“Tapi terus terang karena data itu tidak diperoleh dari pemerintah, kita tidak tahu persis apakah betul-betul itu ditularkan oleh COVID-19 atau tidak. Oleh karena itu, PB IDI membentuk tim audit kematian dokter terkait COVID-19. Jadi 25 yang dilaporkan ke kami itu, kami akan audit dan akan kami telusuri sampai ke teman kerjanya atau ke atasan tempat beliau kerja, maupun sampai ke keluarga,” ujar Daeng saat wawancara Live Corona Update.
Ia menjelaskan, dokter penanggung jawab pasien (DPJP) untuk penanganan COVID-19 di Indonesia terdiri dari dokter spesialis paru dengan jumlah sekitar 2.000 dokter. Lalu dokter spesialis penyakit dalam berjumlah kurang dari 1.000 dokter, itu pun spesifik dokter Sp.D yang sekaligus konsultan paru dan penyakit tropis infeksi.
Selain itu, penanganan COVID-19 juga melibatkan dokter anak konsultan paru, serta dokter spesialis anastesi untuk menangani kasus-kasus di ICU, terutama saat pemasangan ventilator bagi pasien. Jumlah dokter anestesi hanya sekitar 2.000-6.000 se-Indonesia.
“Jadi kalau dijumlah, itu hanya sekitar 6.000 kekuatan dokter seluruh Indonesia. Oleh karena itu, karena pasien semakin banyak, kalau kita mengandalkan dokter DPJP tersebut, maka kemungkinan kalau terus meningkat pasien, kita khawatir jumlah dokter yang menangani tidak akan cukup,” tukasnya.
Sebagai langkah antisipasi, IDI telah memprakarsai gerakan Dokter Semesta. Gerakan ini bertujuan agar setiap dokter di luar DPJP untuk COVID-19 menyiapkan diri untuk melakukan pelatihan, dan kemudian nantinya akan diberikan kewenangan dan keahlian untuk menangani COVID-19.
“Kalau kita menggerakkan seluruh kekuatan dokter se-Indonesia, kita bisa memiliki sekitar 200.000 dokter. Ini yang sekarang kita dorong di seluruh internal IDI untuk jaga-jaga, khawatir keadaan jauh lebih banyak yang terinfeksi,” pungkasnya. (msn)