Indovoices.com –Koordinator Indonesia Corruption Watch Adnan Topan Husodo mendesak Menteri Pertahanan Prabowo Subianto membatalkan rencana pembelian 15 pesawat temput bekas jenis Eurofighter Typhoon milik Austria. “ICW mendesak ini dibatalkan, rencana ini digugurkan,” kata Adnan dalam diksusi ICW.
Adnan berujar ada sejumlah alasan ICW tidak setuju dengan rencana pembelian tersebut. Salah satunya, modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang difasilitasi dengan alat bekas. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, kata dia, telah menjadikan Indonesia tidak lagi menjadi pasar alutsista bekas.
Mengacu pada data yang ada, Adnan mengungkapkan bahwa pesawat tempur Eurofighter Typhoon sudah didesain sejak 40 tahun lalu. Austria membeli pesawat itu pada 2002 dan sudah memakainya selama 17-18 tahun. Dengan masa usia pemakaian pesawat 25-30 tahun, maka Indonesia hanya bisa memanfaatkan pesawat itu sekitar 13 tahun. “Kalau sebentar tapi biaya operasional banyak. Ini saya kira jadi pertanyaan, apa dasar kebijakan yang diambil Kementerian Pertahanan,” kata dia.
Anggota Komisi Pertahanan DPR TB Hasanuddin mengatakan perawatan 15 jet tempur bekas jenis Eurofighter Typhoon yang ingin dibeli Prabowo memerlukan biaya Rp 85 triliun untuk masa pemakaian selama 13 tahun, atau Rp 6,5 triliun per tahunnya. Hasanuddin menilai, negara tidak akan mampu merawat jet tempur generasi 4 itu. “Ini kan hanya memindahkan masalah saja,” ujar politikus PDI Perjuangan tersebut.(msn)