Indovoices.com –Memasuki era tatanan normal baru atau new normal, industri penerbangan dinilai belum mampu bangkit dari keterpurukan yang disebabkan pandemi Covid-19.
Hal tersebut terefleksikan dengan tingkat okupansi masih rendah dan perampingan karyawan yang dilakukan hampir seluruh maskapai nasional.
Padahal, berbagai cara sudah dilakukan oleh maskapai, mulai dari harga tiket yang rendah hingga promo pelaksanaan rapid test.
Pengamat penerbangan AIAC Arista Atmadjati mengatakan, saat ini maskapai penerbangan khususnya low cost carrier (LCC) sudah mematok harga tiket pesawat tidak jauh dari tarif batas bawah (TBB).
Ia mencotohkan Lion Air sebagai salah satu maskapai yang sudah memasang harga tiket murah.
“Tadi pagi temen saya mau pulang ke Surabaya naik Lion Air Rp 500.000. Padahal, semurah-murahnya Rp 600.000 Rp 700.000,” kata dia.
Kendati demikian, hal tersebut dinilai belum mampu meningkatkan tingkat okupansi pesawat.
Menurut Arista, hal tersebut diakibatkan masih khawatirnya masyarakat berpergian antar wilayah dengan kondisi jumlah pasien positif Covid-19 yang terus meningkat.
“Hotel belum tentu siap 100 persen. Tempat pariwisata masih sedikit yang buka,” katanya.
Selain itu, masih ketatnya aturan untuk menggunakan pesawat dinilai membuat masyarakat mengurungkan niatnya. Seperti contoh, pemerintah provinsi Bali yang mewajibkan pengunjung memiliki surat keterangan bebas Covid-19 berbasis PCR test.
“Beberapa tujuan wisata masih menyiapkan protokol yang ketat. Orang masih concern dengan kesehatan,” katanya.
Oleh karenanya, Arista menilai industri penerbangan baru akan kembali bangkit apabila vaksin Covid-19 sudah ditemukan. Dengan demikian, kepercayaan masyarakat untuk berpergian menggunakan pesawat akan tumbuh kembali.
“Memang menurut saya selama vaksin belum ketemu, memang agak susah,” ucap dia.(msn)