Indovoices.com-Indonesia pertama kali mengonfirmasi adanya kasus infeksi virus corona pada 2 Maret 2020.
Hampir dua bulan wabah virus corona menyebar di Indonesia, data hingga Jumat (01/5/2020) sore menunjukkan, ada 10.551 kasus Covid-19 di seluruh Tanah Air.
Dari jumlah itu, sebanyak 800 orang meninggal dunia dan 1.591 orang sembuh.
Bagaimana melihat kasus Covid-19 di Indonesia selama dua bulan ini?
Epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan, angka kasus saat ini bisa dilihat dari dua sisi.
Pertama, angka tersebut menunjukkan cakupan tes yang dilakukan Indonesia telah mulai meningkat.
Hal ini dinilainya sebagai sebuah pertanda baik.
“Kedua, menunjukkan tren kasus kita sesuai estimasi, masih meningkat atau belum pada puncak,” kata Dicky.
Mengenai puncak pandemi virus corona, Dicky mengatakan, akan bervariasi di setiap wilayah.
Alasannya, waktu terjadinya kasus di setiap kepulauan juga bervariasi.
“Dari tren yang ada, Pulau Jawa akan mengalami puncak lebih awal, di sekitar akhir Mei dan awal Juni. Ini yang harus diantisipasi dengan penyediaan layanan kesehatan (ICU, ventilator, jumlah tenaga medis, APD dan sebagainya),” ujar Dicky.
Biasanya, lanjut Dicky, masa puncak memiliki durasi waktu relatif lama yakni kisaran 10-20 hari.
Di sisi lain, ia mengingatkan, Indonesia perlu mewaspadai adanya gelombang kedua.
“Mengingat sampai saat ini Covid-19 di Indonesia diperkirakan masih memiliki angka reproduksi di atas 1, ditambah kita belum memiliki vaksin. Selain itu, sebagian besar populasi global di mana menurut WHO 90 persen lebih belum memiliki imunitas, maka potensi penyakit Covid-19 tetap ada dan menyerang kembali dalam bentuk gelombang kedua atau ketiga,” ujar dia.
Oleh karena itu, menurut Dicky, penguatan data saat ini penting untuk menilai keberhasilan intervensi serta mengantisipasi gelombang kedua.
Penanganan cukup baik
Dicky mengatakan, sejauh ini penanganan pandemi virus corona di Indonesia sudah dilakukan dengan cukup baik oleh pemerintah.
Akan tetapi, masih ada beberapa hal yang menjadi catatan.
Salah satunya mengenai sinergi pusat dan daerah yang dinilainya belum maksimal.
“Strategi utama pandemi masih harus ditingkatkan. Selain itu, perlu kejelasan strategi nasional menghadapi pandemi Covid-19 yang disampaikan pada masyarakat juga stakeholders,” kata Dicky.
Strategi utama itu meliputi tes, pelacakan, perawatan, dan isolasi yang juga dilengkapi upaya pencegahan melalui physical distancing.
Selain itu, harus ada grand design untuk jangka menengah, jangka panjang, serta exit strategy.
Tujuannya, agar ada kejelasan arah terkait strategi yang akan dilakukan.(msn)