Nama Sandiaga Uno mendadak mencuat tadi malam sebagai salah satu calon yang akan mendampingi Prabowo, selain nama yang sudah digadang-gadang selama ini, yakni Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Sebelumnya, Cawapres Prabowo yang muncul hanya tiga yakni, AHY, Salim Segaf Aljufri dan Ustaz Abdul Somad.
Menjelang semakin dekatnya rencana untuk mengumumkan pendamping Prabowo secara resmi, nama AHY pun semakin menguat mengalahkan dua nama lainnya.
Namun sebelum pengumuman resmi dilakukan, mendadak Andi Arief Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief, melalui cuitannya di Twitter, menuding Prabowo memilih Sandiaga lantaran datang dengan uang Rp 500 M untuk menyawer PKS dan PAN. Dia pun melemparkan tudingan Prabowo bermental jenderal kardus lantaran terjadi transaksional dengan parpol koalisi tanpa mendengar Demokrat.
Tak hanya itu, Andi Arief juga menyebutkan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno terlibat ‘pengaturan skor’ melawan Jokowi. Partai Demokrat tidak alami kecocokan karena Prabowo menunjuk orang yang mampu membayar PKS dan PAN.
Kemunculan nama Sandiaga Uno sebagai pendamping Prabowo pun sontak membuat hubungan Gerindra dengan Partai Demokrat memanas. Karena, nama Sandi tak pernah dibahas sebelumnya.
Tudingan Andi Arief membuat berang Gerindra dan PAN. Arief Pouyono yang menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Gerindra, geram dengan tudingan Andi Arief tersebut. Dan balik menyindir kasus kasus korupsi Demokrat yang menjerat beberapa kadernya. Terutama dalam kasus korupsi Wisma atlet di Hambalang yang menurutnya putra Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Edhie Baskoro alias Ibas turut terlibat.
Bahkan Arief Pouyono pun mengancam akan meminta KPK untuk menangkap Ibas.
“Kan bukti si Anas (Urbaningrum), Nazarudin, Angelina (Sondakh), siapa lagi tuh yang sudah almarhum (Sultan Batugana), terus mantan menteri ESDM (Jero Wacik). Kan koruptor semua sampai harusnya anaknya ini harusnya diperiksa kasus Hambalang si Ibas gitu kan, karena diduga menerima kardus Hambalang. Saya kencengin nanti, saya minta KPK nangkep si Ibas,” tegas Pouyouno.
Sedangkan Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno juga ikut membantah partainya menerima uang dari Sandiaga. “Hahaha tadi mana ya Rp 500 miliar, saya belum pernah dengar komitmen itu, ada pembicaraan itu,” kata Eddy di Kompleks Widya Chandra IV Nomor 19, Jakarta Selatan, Rabu 8 Agustus 2018.
Namun saya lebih cenderung mempercayai apa yang disampaikan oleh Andi Arief, apalagi melalui pemberitaan media, diketahui bahwa Sandiaga sudah mengajukan surat keterangan tidak pailit ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Surat tersebut diajukan dalam rangka melengkapi dokumen persyaratan untuk maju Pilpres 2019.
Dan keterangan itu diperkuat oleh Ketua DPD Partai Gerindra DKI Jakarta M Taufik, yang kemarin sudah menyampaikan bahwa Sandiaga Uno telah mengurus dokumen persyaratan maju Pilpres 2019 mendampingi Prabowo Subianto. Serta Sandi akan mundur dari jabatan wagub DKI Jakarta besok pagi (hari ini, 9 Agustus 2019).
PKS sendiri yang selama ini sangat keras menentang pencalonan AHY sebagai pendamping Prabowo dengan menggunakan Ijtima Ulama sebagai alasan utamanya pun tampak tidak bersuara, terkait munculnya nama Sandiaga Uno.
Apakah kemunculan nama Sandiaga di menit terakhir akan membuat Demokrat dan Gerindra pecah kongsi? Masih terlalu sulit untuk memastikannya.
Bisa saja “drama” ini sengaja dimunculkan untuk menciptakan poros ketiga yang hampir redup, dengan komposisi Gerindra-PKS (Prabowo-Sandiaga Uno), sedangkan Demokrat-PAN-PKB (Gatot-AHY, atau AHY-Cak Imin).
Perlu kita ingat bagaimana getolnya PKS dan Rizieq yang berharap dapat mengulangi suksesnya strategi Pilkada DKI 2017 dalam Pilpres 2019. Prabowo-Uno dipasangkan agar seluruh serangan Jokower terfokus pada mereka, sehingga Gatot-AHY lebih leluasa bergerak tanpa serangan berarti dengan harapan dapat terjadi pilpres 2019 dua putaran.
Selain itu, pak mantan yang biasanya suka baper, terlihat belum mengeluarkan pernyataan apa-apa. Padahal biasanya kesenggol dikit saja sudah keluar pernyataan sikap dan langsung curhat di sosmed. Hmm.. terlihat terlalu tenang dibandingkan biasanya, mencurigakan.
Artinya semua kemungkinan masih bisa terjadi sampai batas akhir penetapan KPU besok malam. Tidak perlu senang berlebihan melihat mereka gontok-gontokan, karena bisa jadi cuma “drama” yang sengaja dipertontonkan. Sebaiknya tetap tenang dan waspada serta menjaga kekompakan antar sesama pendukung Jokowi. Bagaimana menurut Anda?