“Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi dan kedalamannya, gempa bumi di Baratdaya Kota Banda Aceh ini berasosiasi dengan aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia,” jelas Kasbani.
Kasbani juga mengatakan bahwa wilayah dekat pusat gempa bumi, yakni Provinsi Aceh bagian utara dan barat, disusun oleh batuan karbonat dan batua terobosan Pra-Tersier, batuan sedimen berumur Tersier, serta batuan gunungapi dan sedimen berumur Kuarter.
“Wilayah yang berdekatan dengan pusat gempa bumi adalah wilayah Provinsi Aceh bagian utara dan barat. Wilayah tersebut disusun oleh batuan karbonat dan batuan terobosan Pra-Tersier, batuan sedimen berumur Tersier, serta batuan gunungapi dan sedimen berumur Kuarter. Batuan Tersier yang telah mengalami pelapukan dan batuan Kuarter pada umumnya bersifat urai, lepas, belum kompak sehingga bersifat memperkuat efek guncangan gempa bumi,” imbuhnya.
Intensitas guncangan gempa bumi ini, menurut PVMBG, akan dirasakan di wilayah yang berdekatan dengan pusat gempa bumi, kemudian intensitasnya semakin melemah seiring bertambahnya jarak dengan pusat gempa bumi. Berdasarkan data BMKG, guncangan gempa bumi dirasakan di Banda Aceh dengan intensitas II-III MMI serta di Sabang dan Celang sebesar II MMI. Gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena energinya tidak cukup kuat untuk menyebabkan deformasi di bawah laut.
Kasbani juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD. “Masyarakat jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami dan tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, yang diharapkan berkekuatan lebih kecil,” pungkas Kasbani.
Penulis: Dyah Kusuma Dewi