Indovoices.com- Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman melalui Asisten Deputi Pendidikan dan Pelatihan Maritim Kemenko Bidang Kemaritiman TB Haeru Rahayu memimpin serta memfasilitasi percepatan implementasi kebijakan sertifikasi SDM Kemaritiman Uji Kompetensi Pemandu Geowisata di Lombok, NTB.
Menurut Haeru Rahayu, Uji Kompetensi itu ditujukan untuk memberikan lisensi sebagai Pemandu Geowisata (Taman Bumi) pertama di Indonesia. “Jadi ini adalah kegiatan tindak lanjut pasca diselanggarakannya APGN. APGN itu kan yg terkait dengan global geopark/ Unesco Global Geopark (UGG). Nah sukses dari sisi itu kita ada 5 geopark internasionalnya. Tapi selanjutnya kan harus diikuti dengan follow up peningkatan SDM nya. Karena itu objeknya adalah wisata, kalau wisata maka butuh pemandu wisata. Nah hari ini kita akan melakukan uji kompetensi kepada 78 pemandu agar mendapatkan lisensi pemandu geowisata pertama di Indonesia,” kata Asdep TB Haeru.
Adapun untuk mendapatkan lisensi tersebut, Asdep TB Haeru memaparkan bahwa para pemandu harus paham kompetensinya di bidang pengetahuan, keterampilan dan attitude. Untuk kompetensinya ini sendiri, sudah dilatihkan pada saat APGN, seperti misalnya paham tentang kompetensi terkait dengan geologis harus paham, kemudian harus paham terkait dengan lingkungan kebersihan dan seterusnya, paham terkait dengan bagaimana me-manage public service (adat, budaya, dst) dan juga paham dalam menyampaikan informasi mulai ngomong, dari intonasi dan seterusnya.
“Intinya saat turis datang, turis itu akan mendapatkan penjelasan informasi segamblang-gamblangnya, sedetail-detailnya dengan jelas, dan turis tersebut merasa happy selama perjalanan dan saat mendapatkan penjelasan tersebut, dan dia akan menceritakan kembali ke teman-temannya dan mengundang mereka untuk datang ke sini,” ujarnya.
“Dalam hal ini kita kerja sama dengan dinas pariwisata dan pemda. Dia sudah latih itu sebanyak 78 orang itu. Nah sekarang Kemenko Maritim mengambil alih untuk lisensinya supaya dia tuntas. Karena misal umpama kalau bisa bawa mobil tapi tidak ada sim kan ditilang, sama halnya pemandu, harus ada lisensi supaya aman,” jelasnya.
Mengenai lisensi ini, lanjut Asdep TB Haeru, dibutuhkannya asesor penguji. Dalam hal ini Kemenko Maritim bekerjasama dengan LSP Pramindo. Namun asesor yang tersedia belum mencukupi, yakni baru 2 orang saja.
“Asesornya itu baru 2. Sekembalinya kami nanti ke Jakarta, kami akan coba koordinasi dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) supaya ada asesornya. Karena ini kalau mereka ada halangan kan susah, padahal Ini Rinjani nanti ada Toba dll, ada 5 yang harus diperhatikan seperti ini. Kalau masing-masing misal ada 78 orang pemandu begitu, nah ini butuh asesor, kalau nunggu 2 asesor, kapan selesainya? nah ini yang jadi persoalan. Di kita ini persoalannya jumlahnya orangnya ada, tapi kuantitasnya yang menjadi persoalan,” jelasnya.
Oleh karena itu, Asdep TB Haeru berharap sesegera mungkin asesor bertambah, mengingat pentingnya pemandu geowisata untuk kemajuan pariwisata di Indonesia. “Karena pemandu ini merupakan duta bangsa Indonesia atau setidaknya duta di daerah tempat ia melakukan tugasnya. Ia jadi tumpuan harapan wisatawan, perusahaan yang memperkerjakannya, bahkan daerah atau negara tempat ia bekerja,” pungkas Asdep TV Haeru. (kominfo)