Indovoices.com –Gempa berkekuatan 5,9 magnitudo mengguncang Blitar, Jatim, pada Jumat (21/5) Gempa tersebut menimbulkan kerusakan pada beberapa rumah dan fasilitas umum warga.
Ada sejumlah hal menarik yang patut menjadi informasi lebih lanjut bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di Blitar dan sekitarnya. Kepala Bidang Mitigasi, Gempa Bumi, dan Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan pusat gempa terletak di laut pada jarak 57 kilometer arah tenggara Kabupaten Blitar, Jawa Timur, pada kedalaman 110 kilometer.
“Gempa ini merupakan jenis gempa menengah akibat adanya deformasi atau patahan batuan di Zona Benioff, yaitu bagian slab lempeng samudra (Indo-Australia) yang sudah tersubduksi dan menukik di bawah lepas pantai selatan Jawa Timur,” kata Daryono dalam keterangannya, Sabtu (22/5).
Daryono mengungkapkan gempa ini bukan gempa megathrust karena pusatnya berada di kedalaman menengah di bawah cukup jauh bidang kontak kuncian antar lempeng. Gempa ini juga memiliki mekanisme sumber yang merupakan kombinasi antar sesar geser dan sesar naik yang dominan atau disebut oblique thrust fault.
“Karena hiposenternya berada di kedalaman menengah, maka gempa ini memiliki spektrum guncangan dalam wilayah yang luas hingga Lombok di timur dan Cilacap di barat,” tuturnya.
“Gempa yang dirasakan di sebagian besar wilayah Jawa Timur ini ada pada skala intensitas IV-V MMI. Gempa ini bersifat merusak, data sementara tercatat kerusakan ringan terjadi pada banyak bangunan rumah warga dan fasilitas umum di berbagai daerah di Jawa Timur seperti Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Lumajang, Kota Malang, Kabupaten Pasuruan, serta wilaya lain yang belum terlaporkan,” jelasnya.
Daryono juga menegaskan gempa tidak berpotensi. Sebab berdasarkan hasil pemodelan BMKG, hal ini dikarenakan hiposenternya yang cukup dalam dengan magnitudo yang relatif kecil untuk dapat mengganggu kolom air laut.
“Gempa ini memiliki produktivitas gempa susulan yang lambat karena hingga malam ini (Jumat, 21 Mei) pukul 23.00 WIB, baru terjadi aktivitas gempa susulan (aftershock) sebanyak 4 kali dengan magnitudo berkisat 2,7 dan 3,1,” ujarnya.
“Gempa ini merupakan gempa urutan yang ke-12 dari rentetan gempa merusak di selatan Malang sejak 15 Agustus 1896,” lanjutnya.
Daryono pun meyakinkan gempa ini merupakan gempa baru dana bukan gempa susulan dari gempa 6,1 magnitudo yang terjadi pada 10 April lalu. Meski kedua gempa ini sama jenisnya yaitu gempa intraslab.
“Dari segi lokasi episenternya dengan gempa 6,1 pada 10 April 2021, jaraknya terpisah sekitar 27 km, sedangkan kedalaman hiposenternya terpaut 29 km, mekanisme sumber kedua gempa juga agak berbeda. Dari segi magnitudonya, gempa 5,9 ini terlalu besar untuk dikatakan sebagai gempa susulan dari gempa 6,1 pada 10 April 2021,” jelasnya lagi.
“Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gempa ini bukanlah gempa susulan dari gempa yang terjadi sebelumnya, meskipun memungkinkan bahwa gempa ini terjadi akibat terpicu oleh gempa 6,1 pada 10 April 2021 lalu,” pungkasnya.