Indovoices.com –Di penghujung tahun 2020, COVID-19 kembali membuat kejutan dengan hadir dalam wujud terbarunya. Di Inggris, varian baru COVID-19 terdeteksi yang diklaim berbagai pihak lebih cepat menyebar dibandingkan varian sebelumnya.
Kemunculan varian baru tersebut ditanggapi serius. Di Inggris, pembatasan sosial di beberapa kota dinaikkan ke tingkat tertinggi yang menyerupai lockdown. Salah satu kota itu adalah London. Sementara itu, negara-negara tetangga Inggris mulai menutup akses penerbangan dari sana.
Berikut beberapa fakta soal varian baru COVID-19 di Inggris yang dikumpulkan Tempo dari berbagai sumber, Senin, 21 Desember 2020.
Penyebab Naiknya Kasus di Inggris
Kepala Petugas Medis Inggris, Chris Whitty, menyampaikan bahwa varian baru COVID-19 adalah dalang dari naiknya jumlah kasus akhir-akhir ini. Ia berkata, varian tersebut bisa menyebar 60 kali lebih cepat dibanding varian sebelumnya.
Whitty melanjutkan bahwa meskipun varian baru COVID-19 itu lebih cepat menyebar, belum tentu lebih berbahaya. Sejauh ini, kata ia, belum ada bukti yang mengindikasikan varian baru tersebut ganas atau akan menegasi efek dari vaksin COVID-19. Sebagaimana diketahui, Inggris belum lama mengesahkan dan menggelar vaksinasi COVID-19.
Sementara itu, menurut England Public Health (EPH), varian baru tersebut telat terdeteksi. Sejatinya, varian baru COVID-19 sudah ada di Inggris sejak bulan September dan menyebar secara tersembunyi hingga pertengahan November. Per berita ini ditulis, ada 2 juta kasus dan 67 ribu kematian di Inggris akibat COVID-19.
“Peningkatan kasus berkaitan dengan varian baru COVID-19 baru terdeteksi pada akhir November ketika investigasi dilakukan di Kent. Di sana, pertumbuhan kasus tak menurun meski pembatasan telah dilakukan. Kami kemudian menemukan virus ternyata sudah masuk ke London dan Essex,” ujar EPH.
Memicu Penutupan Akses
Per akhir pekan kemarin, sejumlah negara di Eropa, Timur Tengah, dan Amerika mulai menutup perbatasan mereka untuk pendatang dari Inggris. Mayoritas penutupan itu berupa penolakan penerbangan dari Inggris untuk jangka waktu tertentu. Ada yang menutup akses selama beberapa hari saja, ada juga yang menutup hingga Januari.
Di Eropa, negara-negara yang sudah menutup aksesnya adalah Belanda, Belgia, Jerman, Italia, Prancis, Swedia, Luxembourg, Irlandia, Estonia, Polandia, Ceko, dan masih banyak lagi. Sementara itu, di benua Amerika, ada Kanada dan Kolombia.
Sementara itu, di Asia, baru Hong Kong saja yang sudah melarang pendatang dari Inggris. Korea Selatan dikabarkan tengah mengkajinya, mempertimbangkan antara melarang penerbangan dari Inggris atau memperpanjang masa karantina untuk pendatang dari Inggris hingga 3 pekan.
Penutupan akses tersebut tak ayal menciptakan gangguan di akhir tahun 2020. Sebab, di beberapa negara, akses tidak hanya ditutup untuk pendatang Inggris yang hendak berlibur atau berbisnis, tetapi juga transpotasi barang ke sana. Inggris dikabarkan akan menggelar rapat soal tertahannya truk-truk yang hendak membawa barang ke negara-negara Eropa.
“Kami akan membahas arus keluar masuk barang ke Inggris. Target kami, rencana matang siap esok Selasa,” ujar keterangan PM Inggris Boris Johnson.(msn)