Indovoices.com –Ledakan dahsyat terjadi di Beirut, Selasa (4/8), waktu setempat di kawasan pelabuhan. Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengungkapkan, ledakan tersebut disebabkan 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan meledak.
“Tidak dapat diterima bahwa pengiriman 2.750 amonium nitrat telah ada selama enam tahun di sebuah gudang [pelabuhan Beirut], tanpa memikirkan adanya langkah-langkah pencegahan,” kata Diab dilansir AFP, Rabu (5/8).
“Itu tidak bisa diterima dan kami tidak bisa diam tentang masalah ini,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, amonium nitrat adalah suatu senyawa kimia yang kerap digunakan dalam pertanian sebagai bahan dasar pupuk. Penggunaan utama lainnya adalah sebagai komponen campuran peledak untuk konstruksi pertambangan hingga penggalian.
Diab juga bersumpah harus ada pihak yang bertanggung jawab atas ledakan besar ini.
“Apa yang terjadi hari ini tidak akan berlalu tanpa pertanggungjawaban. Mereka yang bertanggung jawab atas bencana ini harus membayarnya,” tuturnya.
Pemerintah Lebanon juga menyebut kelalaian menjadi penyebab ledakan. Sebab bahan berbahaya tersebut tersimpan selama enam tahun tanpa prosedur keamanan ketat.
“Ini kelalaian,” kata sumber dekat Pemerintah Lebanon seperti dikutip dari Reuters.
Ledakan tersebut rupanya juga terasa hingga ke negara tetangga, Siprus, atau sekitar radius 240 kilometer. Pernyataan tersebut disampaikan oleh European-Mediterranean Seismological Center (EMSC).
“Kami menerima sejumlah laporan dari Siprus melaporkan mendengar suara bising dan jendela bergetar,” tulis EMSC dalam akun Twitternya.
Warga Siprus pun membagikan di Twitter bagaimana mereka merasakan guncangan di rumah mereka.
Sementara berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), ledakan di Lebanon memicu terjadi gelombang seismik setara gempa berkekuatan 3,3 magnitudo.
“Meski demikian, guncangan 3,3 magnitudo tidak bisa langsung dibandingkan dengan gempa dengan kekuatan serupa,” kata USGS seperti dikutip dari CNN.
Tak hanya itu, ledakan dahsyat tersebut juga melepaskan gas beracun. Peringatan itu disampaikan Kedutaan Besar AS di Beirut.
Kedubes AS mendesak masyarakat Beirut di area ledakan untuk terus memakai masker.
“Ada laporan gas beracun yang dilepaskan dalam ledakan itu sehingga semua di daerah tersebut harus tinggal di dalam ruangan dan memakai masker jika tersedia,” tulis Kedubes AS dilansir CNN.
Berdasarkan data yang dihimpun, korban jiwa akibat ledakan tersebut menembus lebih dari 100 orang. Sementara korban luka jumlahnya melampaui 4.000 orang.
“Hingga kini sudah lebih dar 4.000 orang terluka dan lebih 100 orang meninggal dunia,” kata Palang Merah Lebanon seperti dikutip dari AFP.
“Tim kami masih melakukan pencarian di sekitar lokasi insiden,” sambungnya.
Ledakan dahsyat itu awalnya sempat menimbulkan spekulasi akan keterlibatan Israel. Namun, hal itu dibantah oleh Menlu Israel Gabi Ashkenazi.
Spekulasi itu muncul lantaran ledakan itu terjadi di tengah tingginya ketegangan antara Israel dengan kelompok Hizbullah di wilayah perbatasan. Selain itu, ledakan terjadi tiga hari sebelum sidang 4 tersangka pembunuhan eks Perdana Menteri Rafik Hariri pada 2005. Keempatnya merupakan anggota kelompok Hizbullah.
“Tidak ada alasan untuk tidak percaya laporan dari Beirut bahwa ini adalah kecelakaan,” kata Ashkenazi dalam siaran televisi Israel yang dikutip CNN.
Tak hanya Ashkenazi, dua pejabat Israel lainnya juga membantah tudingan itu.
“Israel tidak ada hubungannya dengan insiden tersebut,” kata salah satu pejabat yang enggan disebutkan namanya.
Keselamatan WNI yang berada di Beirut juga menjadi sorotan. Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y Thohari, mengungkapkan area ledakan hanya berjarak 7 kilometer dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
“Lokasi port berdekatan dengan downtown Beirut. KBRI Beirut berjarak sekitar 7 kilometer. Tingkat kehancuran dan kerusakan properti terjadi dalam radius beberapa kilometer,” ujar Hajriyanto dalam keterangan tertulis.
Berdasarkan update terakhir, seluruh WNI di Beirut dalam keadaan selamat. Dalam catatan KBRI, terdapat 1.447 WNI, 1.234 di antaranya adalah Kontingen Garuda dan 213 merupakan WNI sipil termasuk keluarga KBRI dan mahasiswa.
“Berdasarkan pengecekan terakhir seluruh WNI dalam keadaan aman dan selamat,” kata Hajriyanto.
“KBRI telah menyampaikan imbauan melalui WhatsApp Group dan melalui simpul-simpul WNI. Sejauh ini, WNI terpantau aman. KBRI telah mengimbau untuk segera melapor apabila berada dalam situasi tidak aman,” sambungnya.
Meski demikian, ada satu WNI yang masuk dalam daftar korban luka. Hajriyanto memastikan pihaknya sudah berkomunikasi dengan WNI tersebut dan kondisinya dalam keadaan stabil.
“Kondisinya stabil, bisa bicara dan berjalan. Yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter RS dan sudah kembali ke apartemennya di Beirut,” kata Jubir Kemlu RI, Teuku Faizasyah.
Akibat ledakan ini, pemerintah Lebanon mengumumkan keadaan darurat selama dua minggu. Dalam pernyataannya di akun Twitter resmi Kepresidenan, Presiden Aoun mengatakan bahwa ledakan 2.750 ton amonium nitrat yang telah tersimpan di sebuah gedung selama enam tahun tidak dapat diterima. Ia pun akan memperhatikan langkah-langkah keamanan.
Aoun juga bersumpah akan meminta pertanggungjawaban pihak-pihak yang terlibat dengan memberikan hukuman berat.(msn)