Indovoices.com-Pelabuhan Benoa didorong menjadi Maritime Tourism Hub atau pusat bagi kapal cruise atau pesiar yang datang ke Indonesia. Ide pengembangan Benoa Maritime Tourism Hub (BMTH) datang dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir saat sedang melakukan kunjungan kerja ke Korea Selatan (Korsel) pada November 2019.
Pria kelahiran Jakarta itu melihat nilai budaya hingga kuliner Korsel tidak sekaya yang dimiliki Indonesia. Namun, dengan keterbatasan yang ada, Korsel mampu menciptakan kultur pop seperti musik dan drama yang luar biasa dan menghentak dunia.
Di Bandara Korsel, mantan pemilik Inter Milan itu menyaksikan parade kebudayaan Korsel yang dikemas begitu menarik. Tak berpikir panjang, Erick langsung menelepon dan mengirimi video parade tersebut kepada direktur utama PT Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II.
“Saya targetkan dua minggu harus jalan. Alhamdulillah saya rasa di (bandara) Bali dan Jakarta sudah jalan,” ujar Erick saat rapat koordinasi rencana pengembangan BMTH di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Tidak hanya di bandara, Erick juga menyaksikan pengelolaan pelabuhan perikanan di Busan, Korsel, yang dibuat begitu ciamik dengan menyediakan tempat yang nyaman bagi pengunjung untuk membeli dan menyantap ikan segar di lantai sembilan dari sebuah gedung.
Pendiri Mahaka Group itu ingin apa yang dia saksikan di Korsel, bisa juga diimplentasikan di dalam negeri. Alih-alih kembali ke Jakarta, Erick memilih langsung terbang ke Bali dari Korsel untuk menemui Gubernur Bali Wayan Koster.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersama sejumlah anggota Komisi VI DPR meninjau Benoa Cruise Terminal di Pelabuhan Benoa, Bali, Jumat (14/2).
“Rencananya saya dari Korea ke jakarta, saya telelpon Pak Gubernur ada di Bali tidak dan langsung tuker pesawat ke Bali,” kata Erick.
Setibanya di Pulau Dewata, Erick langsung menuju kediaman Koster untuk menyampaikan gagasannya tentang pariwisata Bali. Erick paham betul kalau Bali merupakan jantung dari industri pariwisata nasional.
Namun, Erick menilai jantung ini terus dipompa hingga nadi-nadi darahnya pada dasarnya mengalami sumbatan. Salah satu yang menyumbat ialah keterbatasan aspek infrastruktur sebagai pendukung utama layanan pariwisata yang maksimal.
Keduanya kemudian sepakat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Pelabuhan Benoa. Erick dan Koster melihat ada sebuah kapal pesiar berkapasitas empat ribu wisatawan mancanegara (wisman) yang tidak bisa bersandar dan harus menaiki kapal-kapal kecil agar bisa tiba di pelabuhan.
Sebagai sebuah pelabuhan yang ada di jantung pariwisata nasional, Erick menilai kondisi Pelabuhan Benoa masih jauh dari kata memuaskan. Erick juga menyoroti tata letak dari Pelabuhan Benoa yang tak sekadar sebagai tempat pelabuhan bagi kapal pesiar, melainkan juga adanya terminal peti kemas yang berada dalam satu area yang relatif dekat.
“Kebayang nggak ada kapal pesiar berhenti, ada truk peti kemas lewat, ditambah lagi ada terminal curah cair. Tata letak yang mohon maaf berantakan, ada kapal-kapal ikan yang juga tidak jelas peruntukan karena berhenti semua, bahkan ada yang sudah mau tenggelam,” ucap Erick.
Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan Djalil, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wisnutama, dan Dirut Pelindo III Doso Agung meninjau pengembangan Bali Cruise Terminal di Pelabuhan Benoa, Bali, Jumat (14/2).
Erick mengaku miris melihat kondisi ini. Tata letak yang tidak beraturan akan membuat wisman tak nyaman saat datang. Sulit rasanya bersaing dengan negeri lain apabila tidak memiliki pelabuhan kapal pesiar yang representatif.
Erick langsung menargetkan Direktur Utama Pelindo III Doso Agung untuk menyiapkan sebuah konsep kawasan wisata terpadu kelas dunia. Tak kurang enam kali pertemuan Erick lakukan dengan Doso dalam kurun waktu tiga bulan.
Erick meminta Doso segera menyelesaikan target-target yang telah diberikan, terutama mengenai konsep penataan ruang di Pelabuhan Benoa.
Sejak awal, Erick menginginkan konsep kolaborasi dalam pengembangan Pelabuhan Benoa. Kementerian BUMN juga mendorong terciptanya ekosistem yang ramah bagi pelaku usaha lokal dan masyarakat sekitar.
Meski tidak menutup mata untuk mengundang mitra strategis yang memiliki keahlian dan menguasai di bisnis di sektor tersebut, Erick menilai pengembangan Pelabuhan Benoa harus memiliki nilai tambah bagi masyarakat sekitar.
“Salah satunya di ring satu tidak ada produk asing, semua mereknya lokal, UMKM,” kata Erick.
Tak ingin sekadar jadi, Erick juga sedang mengundang dua konsultan dengan kriteria internasional untuk melihat kembali keberadaan terminal yacht dan terminal curah cair. “Kita nggak mau main-main, kalau kita bangun ini harus sukses,” ungkapnya.
Selain pembenahan sarana dan prasarana pelabuhan, Erick juga memberikan perhatian khusus terhadap lingkungan. Erick meminta pengembangan Pelabuhan Benoa harus ramah lingkungan.
Erick menyebut akan ada 32 persen dari total luas pelabuhan dijadikan ekowisata yang mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran.
Selain ramah lingkungan, penataan yang apik juga akan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang. Erick mengatakan Pelabuhan Benoa juga akan dilengkapi taman bunga dan sebuah payung yang akan menjadi ikon dari kawasan tersebut.
Harapan Erick, wisatawan sudah mendapat kesan positif saat melihat keindahan taman bunga dan keunikan patung saat hendak mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Erick tak menampik Pelindo III tak akan mampu mengembangkan Pelabuhan Benoa sendiri. Oleh karenanya, Erick meminta BUMN lain ikut membantu Pelindo III. Erick akan meningkatkan alokasi dana CSR BUMN yang sebelumnya hanya satu persen menjadi lima persen untuk sektor lingkungan.
Dalam sebuah proyek-proyek strategis, Erick menilai harus ada sudut pandang helikopter atau memetakan secara jelas apa yang menjadi kebutuhan sebuah proyek untuk menciptakan ekosistem yang optimal.
“Kita ingin selalu ada konsistensi, kearifan lokal, lingkungan hidup, bisnis, UMKM, memang berat tapi saya yakin semua proyek yang ada di BUMN, kalau semua dilakukan dari awal dengan bisnis proses yang benar dan keterbukaan, kita sama-sama bisa kok,” ucapnya.
Oleh karenanya, Erick mengaku sengaja mengajak para wakil rakyat yakni anggota Komisi VI DPR untuk melihat secara langsung kondisi Pelabuhan Benoa.
“Dari kemarin sampai tadi pagi melibatkan mereka dari awal sebagai wakil rakyat, ini loh proyeknya dan ini loh studinya, bukan yang hanya dilakukan hanya untuk promosi, proyek tidak layak atau mangkrak yang akhirnya ada dugaan korupsi,” kata Erick.
Selain sejumlah anggota Komisi VI DPR, Erick juga mengajak Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wisnutama, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia, Gubernur Bali Wayan Koster, Dirut Pelindo III Doso Agung, dan sejumlah dirut BUMN untuk rapat koordinasi rencana pengembangan BMTH dan meninjau Bali Cruise Terminal. (msn)