Indovoices.com –Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta PT PLN (Persero) tak mendadak beralih menggunakan energi baru terbarukan (EBT). Penyediaan listrik yang ramah lingkungan tersebut harus dilakukan secara bertahap. Jika langsung beralih ke EBT, maka akan berpengaruh pada harga jual listrik. Lagi pula harga EBT saat ini masih lebih mahal dibandingkan energi fosil seperti BBM dan batu bara.
“Saya enggak mau terjebak, misalnya kita harus dipaksakan semuanya jadi renewable energy 50 persen. Kenapa? Ujung-ujungnya harga renewable masih lebih mahal dari fosil, ketika itu biaya listriknya lebih mahal,” kata Erick dalam webinar.
Menurutnya peralihan ke energi terbarukan merupakan suatu keharusan demi menghadirkan energi yang bersih dan ramah lingkungan. Namun, rencana tersebut harus harus diperhitungkan secara tepat dan matang. “Bukan berarti langsung memasukkan, kita sudah hitung sampai 2030 tidak mungkin renewable kita jadi 50 persen,” jelas Erick.
PLN sebelumnya berencana mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menjadi pembangkit berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Upaya tersebut mengacu pada mandat pemerintah untuk meningkatkan porsi EBT hingga 23 persen pada 2025.
“Itu sedang di-review. Terkait EBT kita memang mendapat mandat untuk menaikkan porsi EBT, dari 12 persen menjadi 23 persen pada 2025. Kami berkomitmen tentang itu. Jadi kami akan siapkan semua inisiatif, agar porsi EBT meningkat menjadi 23 persen,” ujar Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini. (msn)