Saat mencari berita yang ingin ditulis, perhatian saya tertarik pada tulisan Komisaris Utama PT Adhi Karya (Persero), Mochamad Fadjroel Rachman yang membeberkan kekaguman orang-orang di Kuala Lumpur Malaysia terhadap Presiden RI, Joko Widodo.
Di Instagramnya yang tertanggal 24 April 2018, Fadjroel mengungkapkan, seorang pekerja di migas Schlumberger bernama Andre Waluyo mengaku sudah enam bulan berada di Kuala Lumpur, Andre pun berkali-kali mendengar langsung kekaguman orang-orang Kuala Lumpur kepada Jokowi.
Menurut Andre, warga Kuala Lumpur berterima kasih karena persoalan asap akibat dari kebakaran hutan kini tak lagi ada. Beberapa supir taksi yang ditemui juga menceritakan mengenai perubahan pelayanan yang ada di Kedutaan Besar RI.
Dokumen-dokumen yang diurus oleh Warga Negara Indonesia (WNI) kini selesai dalam satu hari tanpa harus menunggu lama. Teman-teman sekantor Andre juga berterus-terang memuji perkembangan pembangunan prasarana umum Indonesia yang luar biasa.
“If Indonesia is a listed company, I will certainly buy its stocks for a long investment”, kata mereka.
Berikut saya sertakan link dibawah ini, bagi yang ingin membaca secara lengkap.
(https://www.instagram.com/p/Bh7i0ikleD_/?utm_source=ig_embed)
Soal asap sendiri, bisa dibilang salah satu prestasi Jokowi yang jarang dibicarakan dan Jokowi pun tidak pernah pamer akan hal ini. Padahal di era sebelum pemerintahan Jokowi, dapat dipastikan hutan kita setiap tahunnya selalu terbakar, asapnya bahkan sampai ke negara tetangga dan menjadi pemberitaan serta cemoohan berbagai media baik dalam maupun luar negeri.
Kebakaran terakhir yang cukup besar seingat saya adalah di tahun 2015. Presiden Jokowi pun meninjau langsung lokasi kebakaran. Untuk menunjukkan keseriusannya, Jokowi bahkan tidak segan-segan mengancam akan mencopot Kapolda dan Pangdam bila sampai terjadi kebakaran. Dan terbukti ancamannya cukup efektif, karena sejak itu kebakaran hutan makin jarang atau bisa dikatakan menghilang.
Sedangkan pengurusan izin yang dipermudah, memang merupakan salah satu tekad Jokowi untuk menyederhanakan perizinan. Pameo Bila Bisa Dipersulit, Kenapa Harus Dipermudah yang menjadi budaya di negeri kita selama ini, menyuburkan praktek pungli di berbagai instansi pemerintah. Bagi yang ingin urusannya dipercepat, harus menyerahkan sejumlah uang pelicin. Budaya buruk tersebut ingin dikikis oleh Jokowi melalui perampingan birokrasi. Efeknya menjadi salah satu daya tarik utama bagi investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Bukan hanya satu dua negara saja yang memuji berbagai gebrakan yang dilakukan oleh Jokowi. Kalau kita mau telusuri, mungkin akan ada puluhan kepala negara yang pernah memuji kehebatan Jokowi dalam memimpin Indonesia.
Berbagai penghargaan dunia internasional pun pernah diraih beliau. Bahkan yang terbaru, The Muslim 500 tahun 2018 ini, kembali menempatkan Presiden Jokowi sebagai salah satu muslim paling berpengaruh di dunia di urutan ke 16.
Berbanding terbalik dengan penghargaan dan pujian internasional kepada sosok Jokowi. Di Indonesia, di negara yang dipimpinnya sendiri, Jokowi malah banyak menerima hujatan dan caci maki oleh para lawan politik beserta pengikutnya yang terkenal dengan sebutan Kampret.
Bahkan ada tokoh nasional yang sudah berbau tanah pun ikut mengorbankan kebencian kepada Jokowi dengan kata-kata yang penuh provokasi dan tidak bertanggung-jawab. Termasuk pengikutnya, para kampret juga tidak kalah ganasnya mencaci maki Jokowi, menyebarkan fitnah dan hoax menjadi kegiatan sehari-hari mereka, seakan-akan didalam dada mereka ada kebencian amat sangat terhadap Jokowi tanpa alasan yang jelas.
Bila kita sampaikan bahwa Jokowi banyak dipuji oleh dunia, biasanya mereka akan menyelutuk, ah yang muji kan presiden negara kafir. Ah yang mengapresiasi kan cuma orang kafir. Benarkah demikian?
Berdasarkan data yang saya kumpulkan, selain Malaysia yang merupakan negara Islam, ternyata ada beberapa negara Islam lainnya juga pernah memberikan pujian kepada Jokowi.
Saat kunjungan ke Indonesia tahun lalu, Raja Salman sendiri pernah memberikan apresiasi kepada motonya Jokowi yaitu “Kerja! Kerja! Kerja!”.
(m.beritajatim.com/peristiwa/291478/dipuji_raja_salman,_jokowi_tertawa.html)
Di lain kesempatan, saat kunjungan ke Afganistan, Presiden Afganistan Ashraf Ghani berterima kasih dan memuji Presiden RI Joko Widodo yang tetap berani berkunjung ke Kabul meski Negara itu baru saja didera sejumlah aksi kekerasan yang mematikan.
(https://dunia.tempo.co/amp/1055481/tetap-kunjungi-afganistan-jokowi-dipuji-presiden-ashraf-ghani)
Adakah kaum kampret yang berani bilang kalau Raja Salman itu kafir? Adakah kaum kampret yang berani menuduh kalau Presiden Ashraf Ghani itu kafir?. Sebagai bagian dari rakyat Indonesia yang saat ini dipimpin Jokowi, seharusnya mereka bangga memiliki presiden yang berani dan bekerja tanpa lelah untuk membangun negeri ini.
Jangan jadikan overdosis micin sebagai alasan untuk menjelek-jelekkan pemimpin negara sendiri.
Di sebuah negara demokrasi, mereka boleh saja tidak suka dengan Jokowi, mereka juga punya hak untuk tidak memilih Jokowi saat pilpres nanti kalau memang ada calon yang lebih baik dari Jokowi. Namun sampai saat ini, dengan berbagai prestasi yang ditorehkan Jokowi, saya belum melihat ada yang lebih baik dari beliau. Dan Jokowi masih tetap menjadi yang terbaik hingga kini.
Jadi tidak ada alasan untuk tidak memilih Jokowi sekali lagi toh?.
#2019TetapJokowi
Pak Jokowi, Lihatlah Penderitaan Kami Warga Jatikarya Yang Terdzolimi BPN
Seorang warga Jatikarya Bekasi yang merupakan salah satu ahli waris lahan terkena proyek Tol Cibitung-Cimanggis, akhirnya menulis surat kepada Presiden...