Kita tentu ingat pada pilpres 2014 yang lalu, ada sebuah media yang dikenal dengan nama Obor Rakyat, beritanya banyak berisi fitnah kepada Capres Jokowi ketika itu, salah satunya isu yang gencar dihembuskan adalah Presiden Joko Widodo sebagai keturunan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Di kemudian hari, tepatnya tanggal 13 April 2018, Romahurmuziy Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pun membongkar bahwa penyebar isu ini adalah oknum pendukung Gerindra.
Pria yang biasa disapa dengan panggilan Romy itupun menceritakan isu tersebut muncul pertama kali sejak terbitnya tabloid Obor Rakyat saat Pilpres 2014 silam.
“Saya sempat diminta mengoreksi tabloid itu, tapi saya menolak karena ini fitnah. Kalau Pak Prabowo enggak menang, kita bakal dapat masalah, kalau menang ya bisa saja ditutup kasus hukumnya,” ujar Romy saat memberi sambutan dalam acara munas alim ulama di Semarang, Jawa Tengah, Jumat, 13 April 2018.
Artikel terkait hal tersebut pernah saya tulis pada link di bawah ini, silahkan diklik bagi yang belum membacanya
https://www.Indovoices.com/anti-hoax/terbongkar-isu-pki-berasal-dari-oknum-pendukung-gerindra/
Seakan tidak kapok menggunakan cara curang untuk melakukan propaganda, kini muncul lagi sebuah koran propaganda yang diduga memiliki kaitan dengan Gerindra.
Sebuah koran berbahasa Inggris dengan nama ‘Independent Observer’ ramai diperbincangkan. Sebab, koran ‘Independent Observer’ tersebut diduga diterbitkan oleh kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebagai media propaganda untuk melawan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Headline koran tersebut bertulisan ‘New Hope Vs Unfulfilled Promises’ (Harapan Baru Vs Janji-janji yang Belum Terpenuhi). Dua ilustrasi pasangan capres dan cawapres, Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Ma’ruf, juga tampak menghiasi headline koran itu. Gambar koran yang diduga untuk propaganda itu pun kemudian menyebar melalui broadcast aplikasi WhatsApp.
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani juga mengakui kalau koran Independent Observer memang diterbitkan oleh sekelompok orang yang memiliki kedekatan dengan sang ketum, Prabowo. Namun ia menegaskan koran tersebut tak terafiliasi dengan Gerindra.
“Ya memang ada beberapa sekelompok orang dekat dengan Pak Prabowo mencoba membuat penerbitan itu setahu saya,” ujar Muzani saat dimintai konfirmasi di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat 31 Agustus 2018.
Muzani menyebutkan bila penerbitan koran ‘Independent Observer’ diinisiasi oleh sekelompok orang yang memiliki kepedulian terhadap pemberitaan dan suasana pers yang berimbang. Jadi mereka menerbitkan koran berbahasa Inggris itu.
“Harian bahasa Inggris tetapi kaitannya pasti tidak ada dengan Gerindra langsung,” katanya.
Kendati demikian, Muzani tak mengetahui pasti sejauh mana kedekatan penerbit Independent Observer dengan Prabowo. Atau apakah Prabowo pernah berkomunikasi secara langsung dengan pihak Independent Observer.
“Saya tidak tahu bagaimana koordinasinya dengan Pak Prabowo. Tapi rasanya kira-kira bisa nggak,” sebut Muzani.
Kalau menurut saya, boleh saja Muzani menyangkal adanya hubungan secara langsung antara penerbitan koran tersebut dengan Gerindra, khususnya Prabowo dalam hal ini. Namun bila kita berkaca pada kasus Obor Rakyat yang sekali terbit mencapai 752 ribu eksemplar, tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit (perhitungan secara kasar yang saya lakukan ketika itu tidak kurang dari 2,256 miliar rupiah).
Tidak ada keterangan apakah koran Independent Observer adalah koran harian, mingguan atau bulanan. Namun bila kita asumsikan bulanan, maka dari sekarang hingga menjelang pemilu, masih ada waktu sekitar 6 bulan, tinggal kita kalikan saja.
Siapa yang mau menghabiskan uang sebegitu besarnya bila tidak ada keterkaitan langsung, siapa orang yang sebegitu dermawannya mau mengeluarkan dana miliaran kalau bukan mengharapkan akan mendapatkan hasil berkali-kali lipat di masa depan dari uang yang dikeluarkan saat ini?.
Walau hingga saat ini belum ada bukti apakah ada tidaknya hubungan baik secara langsung maupun tidak. Sedikit banyak memantik kecurigaan kita bahwa ada kepentingan yang sangat besar untuk memenangkan Prabowo di pilpres 2019 nanti dari “sekelompok orang” yang disebutkan.
Karena bukan rahasia lagi, pembubaran Petral memantik rasa sakit hati yang mendalam dari para pengusaha hitam yang banyak menikmati uang haram dari keran yang dikucurkan Petral. Membubarkan Petral sama dengan mematikan keran utama mereka. Itu belum termasuk direbutnya blok Rokan, blok Mahakam serta usaha mendapatkan divestasi saham Freeport yang mencapai 51 persen, mafia hutan yang terbiasa melakukan pembakaran hutan ataupun mafia perikanan yang terganggu kepentingannya.
Bisa jadi segala kekuatan tersebut kini berkolaborasi untuk menjatuhkan Jokowi, dengan berbagai harapan bila Prabowo terpilih kembali, misalnya Petral dihidupkan kembali, segala perjanjian pengelolaan Blok Rokan, Mahakam dan divestasi saham Freeport direvisi kembali, bisa jadi bukan?. Apalagi mengingat banyak kepentingan yang terlibat.
Sekarang semuanya menjadi jelas, bahwa pertarungan memenangkan pilpres tidak hanya pertarungan untuk memilih pemimpin saja, namun juga pertarungan untuk mempertahankan Indonesia agar menjadi tuan di negerinya sendiri, atau mengembalikan Indonesia ke masa pengusaha hitam, neo orde baru dan kelompok radikal. Ke mana diri Anda akan berpihak?
Trailer koran Independent Observer
https://youtu.be/SS6ECrQB1GU