Indovoices.com –Pandemi virus corona menjadi momen kehilangan besar bagi dunia kesehatan. Tak hanya dokter, puluhan perawat dan tenaga kesehatan lainnya ikut menjadi korban akibat terpapar COVID-19.
Tercatat, sudah ada lebih dari 70 perawat meninggal dunia akibat virus corona berdasarkan data Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
“Dengan berat hati harus kita terima gugurnya rekan kami di garis depan relawan COVID-19. Lebih dari 70 lebih perawat gugur, dalam menangani pandemi COVID,” kata Ketua Umum PPNI, Harif Fadhillah, Selasa (15/9) kemarin.
Maka dari itu, PPNI bersama sejumlah pejabat negara menggelar doa bertajuk ‘Perawat untuk Negeri’, untuk mendoakan para perawat yang gugur saat bertugas melawan virus corona.
Sejumlah pejabat hadir, seperti Menko PMK Muhadjir Effendy, Menkes Terawan Agus Putranto, Menteri BUMN Erick Thohir, hingga Ketua MPR Bambang Soesatyo.
Terawan, misalnya, mengungkapkan perawat menjadi tenaga medis yang termasuk paling berisiko terinfeksi corona.
“Masih banyak sekali teman, rekan sejawat nakes yang sakit ataupun meninggal karena tertular saat melakukan penanganan COVID. Ini membuktikan kerja rekan sejawat berisiko tinggi hingga bertaruh nyawa demi raga yang lain,” ungkap Terawan.
Sejumlah cara dapat dilakukan oleh perawat yang berhadapan langsung dengan pasien-pasien setiap harinya. Terutama, disiplin menerapkan protokol COVID-19 secara ketat.
“Setiap tindakan, mulai dari penjemputan pasien, penerimaan di UGD, pelaksanaan tindakan atau perawatan sampai pelepasan pasien harus menerapkan protokol. Juga setelah memeriksa dan melakukan tindakan,” jelas dia.
“Saya mewakili menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada perawat yang bekerja keras dan berdedikasi tinggi dalam penanganan wabah COVID-19.”Terawan Agus Putranto
Sementara Erick Thohir memastikan perawat akan menjadi salah satu prioritas utama dalam pemberian vaksin. Upaya ini dilakukan untuk memberikan perlindungan penuh kepada tenaga kesehatan.
“Sangat berharap program vaksinasi bisa segera berjalan, kami berupaya ini. Bila memungkinkan akhir tahun ini atau awal tahun depan para perawat, para tenaga medis ini yang menjadi prioritas utama,” tutur Erick.
“Ini memang merupakan bagian dari pada strategi yang bagaimana perlindungan total kepada para perawat,” imbuhnya.
Erick juga memastikan pemerintah terus berupaya memberikan fasilitas terbaik bagi perawat. Salah satunya, meringankan beban perawat dan tenaga kesehatan dengan memindahkan pasien corona berkategori tanpa gejala ke Wisma Atlet Kemayoran.
“Dari komite juga terus berusaha dan tak henti-henti kami berupaya seperti yang sudah dikomunikasikan menjaga kelelahan perawat, kemarin operasi yustisi dilakukan, agar isolasi OTG tidak terpusat di rumah sakit tapi fasilitas yang diberikan,” kata Erick.
“Maupun Wisma Atlet, atau jalan-jalan (upaya -red) lain, tempat-tempat isolasi maupun yang mumpuni bagi OTG yang tak punya rumah memadai,” lanjut dia.
Sementara itu, Muhadjir Effendy mengingatkan betapa pentingnya semua perawat yang sudah berjuang merawat pasien-pasien. Ia juga menyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya para perawat di seluruh Indonesia.
Dia berharap seluruh tenaga kesehatan dapat diberikan kekuatan dalam menghadapi dan menangani pandemi virus corona.
“Apresiasi kepada para perawat yang sampai ini masih di garis depan perjuangan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien dan fasilitas kesehatan,” tutur Muhadjir.
Bambang Soesatyo (Bamsoet) pun mengajak seluruh rakyat Indonesia menghormati pengorbanan para perawat yang dia sebut sebagai pahlawan kemanusiaan.
Ia meminta rakyat Indonesia tidak menyia-nyiakan pengorbanan para perawat, dan turut berperan dalam penanganan pandemi virus corona.
“Saya imbau rakyat Indonesia mari kita hormati jasa pahlawan. Jangan sia-siakan pengorbanan mereka, dan cara terbaik dengan menjadikan diri kita sebagai bagian solusi dalam penanganan pandemi COVID-19, dengan mendukung segala upaya untuk memutus rantai penularanan mengikuti protokol kesehatan,” jelas Bamsoet.
Perawat Banyak yang Gugur, Negara Rugi
Ketua PPNI Harif Fadhillah mengungkapkan, negara sangat kehilangan lebih dari 70 perawat yang gugur akibat COVID-19. Menurutnya, satu perawat bisa menangani puluhan pasien corona.
Sehingga, negara dinilai rugi apabila perawat terus gugur dalam ‘perang’ lawan virus tersebut.
“Negara ini akan rugi bila sejumlah tenaga kesehatan yang kompeten tidak dapat melayani lagi ke masyarakat,” kata Harif.
“Negara ini akan rugi bila sejumlah tenaga kesehatan yang kompeten tidak dapat melayani karena satu orang perawat bisa melayani puluhan orang, maka satu orang yang tidak dapat melayani bikin negara rugi tak bisa layani sekian puluh orang,” sambungnya.
Hanif mengatakan, para petugas kesehatan merupakan bagian vital dalam menangani dan memutus rantai penularan virus corona di Indonesia.
“Perawat saat ini berjibaku, bahu membahu bersama petugas kesehatan tanpa kenal lelah, walaupun mulai kelelahan. Tanpa kenal waktu, walau keluarga menunggu, bekerja pada kondisi yang penuh risiko yang bahayakan dan bahkan dapat renggut jiwa,” ujarnya.
Dengan kabar duka dari perawat dan tenaga kesehatan yang wafat, Hanif pun mengajak seluruh masyarkat untuk bisa mendoakan mereka yang telah gugur. Begitu juga perawat-perawat yang masih berjuang dalam mengabdi merawat pasien corona.
“Ini adalah duka mendalam bagi kita semua kami, dan khususnya bagi PPNI, kami merasa kehilangan luar biasa atas meninggalnya perawat yang kompeten dan berdedikasi,” tutup dia.(msn)