Indovoices.com –Ketua Komisi IV DPR RI Fraksi PDIP, Sudin mengatakan wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) telah diserang flu babiAfrika atau African Swine Fever (ASF). Karena itu, ia meminta kepada Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengirim tim ke NTT untuk meneliti penyakit tersebut.
“Jadi nanti Pak Menteri minta tolong kepada tim turun ke lapangan untuk turun ke lapangan mengecek dan mengambil sampel kemudian mencari jalan keluarnya,” kata Sudin saat rapat kerja.
Hal ini, kata Sudin, tak boleh ditunda karena dikhawatirkan virus flu babi afrika itu dapat mewabah ke wilayah lain. Oleh karenanya, ia minta kepada Mentan untuk memberikan laporannya pada pekan depan.
“Jangan ditunda-tunda lagi, segera dicek bagaimana penanganannya, yang saya tau vaksinnya belum ada,” ucapnya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan dirinya akan langsung menerjunkan tim ke NTT guna menindaklanjuti adanya flu babi Afrika di wilayah tersebut. “Satu minggu, saya janji untuk turun ke sana insyallah,” ucapnya.
Syahrul menuturkan, pihak juga butuh dukungan guna menyelesaikan masalah terkait flu babi.
Sebelumnya, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Subandrio mengatakan semua pihak perlu mewaspadai virus flu babi G4 EA H1N1 atau African Swine Fever (ASF) karena menurut para peneliti berkemungkinan dapat menjadi pandemi.
“Karena dia membawa semua gen yang pernah menimbulkan pandemi,” kata dia saat dihubungi di Jakarta.
Hal itu diperkuat dengan pengamatan para ahli terhadap para peternak yang pernah terpapar virus tersebut. Artinya, secara serologi terbukti mereka ada antibodinya terhadap virus itu sehingga menunjukkan ada paparan.
Ia menjelaskan virus GA EA H1N1 tersebut pada dasarnya bukan hal baru serta telah bersirkulasi cukup lama dan keturunan dari H1N1 pandemi Spanyol pada 1918. “Jadi virus ini masih keturunan H1N1 pandemi 2009,” ujarnya.
Kemudian virus tersebut juga membawa gen EA dan TR. Artinya, virus itu sudah terdapat beberapa gen di dalamnya sehingga menarik perhatian para peneliti yang berpotensi terjadinya pandemi.
Melihat kondisi tersebut, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan perlu peningkatan surveilans agar virus itu tidak menjadi pandemi di Tanah Air. “Terutama surveilans di hewan,” katanya.(msn)