Hubungan pks-gerindra mulai terjalin saat berkoalisi untuk mendukung Prabowo sebagai capres menantang Jokowi. Pks adalah partai yang paling setia berkoalisi dengan gerindra, disaat partai lain seperti golkar dan ppp berpindah haluan mendukung presiden Jokowi pks masih tetap setia. Kesetiaan pks terhadap gerindra tidak perlu diragukan lagi, itu terbukti dengan disodorkannya 9 orang nama kader pks untuk dipilih oleh Prabowo sebagai cawapres untuk menantang Jokowi pada pilpres mendatang. Bahkan kader pks juga yang paling gencar mengkampanyekan tagar ganti presiden.
Tetapi usaha pks untuk menjadikan kadernya sebagai cawapres untuk mendampingi Prabowo tampaknya akan sia sia saja, karena Prabowo sampai saat ini belum menentukan siapa cawapres yang akan mendampinginya, dan melihat arah perkembangan politik saat ini tampaknya Ahy yang akan maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo. Dan jika benar Ahy yang menjadi cawapres maka sia sia saja usaha pks selama ini, padahal mereka partai yang paling setia berkoalisi dengan gerindra dan juga sudah menghabiskan banyak waktu, biaya dan tenaga tetapi pada akhirnya tidak ada kader pks yang menjadi cawapres
Sebenarnya pks melakukan suatu kesalahan dengan terlalu cepat berkoar koar ganti presiden tanpa mempertimbangkan opsi untuk mendukung presiden Jokowi. Mungkin karena mereka yakin Prabowo tetap akan setia bersamanya dan akan memilih salah satu kadernya sebagai cawapres, maka mereka dengan cepat mengkampanyekan tagar ganti presiden untuk mendukung Prabowo. Padahal dalam politik dikenal dengan istilah tidak ada kawan atau lawan yang abadi.
Ahy selama ini lebih dikenal karena dia adalah anak Sby mantan presiden indonesia. Nama Ahy baru mencuat sebagai politisi pada saat pilkada Jakarta, banyak orang yang yakin bahwa majunya Ahy dalam pilgub dki hanya karena dia adalah anak Sby, jika tidak mana mungkin Ahy bisa menjadi cagub pada pilkada Jakarta.
Dan hal ini menjadi sebuah dilema bagi Prabowo untuk menentukan cawapres yang akan mendampinginya. Untuk maju pilpres Prabowo memerlukan dukungan logistik yang kuat dan itu bisa didapatkan jika memilih Ahy sebagai cawapres,tetapi Prabowo akan dianggap tidak menghargai kesetiaan yang telah ditunjukkan oleh pks selama ini. Jika kita berpikir secara jernih bagaimana mungkin Ahy memiliki kemampuan untuk mengalahkan para kader pks dalam pemilihan cawapres jika Ahy dan partai pendukungnya tidak bisa menyediakan logistik yang kuat untuk menghadapi pilpres. Ahy telah gagal dalam pilkada Jakarta dan tidak punya pengalaman memimpin masyarakat sipil, menjadi pejabat sipil tentu saja sangat berbeda dengan militer.
Bandingkan saja dengan kader pks seperti Aher yang telah 2kali terpilih sebagai gubernur jabar. Bahkan pengalaman politik Ahy jika dibandingkan dengan ibas. Tetapi hal yang wajar jika Prabowo lebih memilih untuk berpasangan dengan Ahy, selain karena dukungan logistik juga kemampuan para kader pks juga sangat diragukan untuk bisa memenangkan Prabowo. Untuk mengganti seorang fahri hamzah dari jabatan wakil ketua dpr saja pks tidak mampu apalagi untuk mengganti presiden. Lagipula pks juga diyakini tidak akan berpaling untuk mendukung Jokowi karena sebelumnya mereka begitu gencar untuk mengganti presiden, jadi mereka sendiri yang telah menutup pintu untuk berkoalisi dengan Jokowi.
Jika saja pks memiliki harga diri maka jalan terbaik adalah bersikap netral (golput) jika salah satu kadernya tidak terpilih sebagai cawapres Prabowo. Bagaimana mungkin suatu koalisi yang terjalin begitu lama dengan gerindra tapi tidak dihargai dengan pilihan sebagai cawapres Prabowo. Sudah berusaha sekian lama untuk ganti presiden tapi tiba-tiba orang lain yang dipilih sebagai cawapres. Kalau kata cita citata sakitnya disini sambil nunjuk dada. Tapi tentu saja itu tergantung dari keberanian para pengurus pks, apakah punya keberanian untuk golput? Apakah para pengurus pks masih punya harga diri? Jika punya maka jalan terbaik adalah golput jika kadernya tidak terpilih sebagai cawapres Prabowo, atau para pengurus pks akhirnya terpaksa mendukung Prabowo Ahy? Jujur saja menurutku pks itu tidak punya keberanian untuk golput dan kemungkinan besar akan mendukung Prabowo Ahy.
Penulis: Agus Darmawan