Indovoices.com-Ikhtiar menjaga kerukunan terus dilakukan Pemerintah Provinsi Papua Barat. Salah satu caranya adalah dengan menggelar Dialog Kebangsaan Lintas Agama.
Hadir, Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan beserta jajarannya, Kapolda, Pangdam XVII Kasuari, Ketua MRP Papua Barat, Ketua PGGP Papua Barat, Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Papua Barat, Ketua MUI Papua Barat dan Ketua PHDI Papua Barat, Ketua LPTG Papua Barat, serta tokoh agama dan masyarakat. Dialog mengangkat tema, “Membumikan Toleransi, Melangitkan Peradaban Papua Barat sebagai Rumah Kebhinekaan”.
Dialog ini disambut baik pimpinan denominasi gereja dan lembaga keagamaan, baik dari kalangan Muslim, Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha, termasuk cendekiawan. Mereka berharap dialog terus diadakan demi terciptanya kerukunan dan toleransi antar umat beragama di provinsi Papua Barat. Denagan demikian, kerukunan bukan semata menjadi slogan, tetapi terimplementasi dalam kehidupan masyarakat Papua.
“Mari kita jaga NKRI, NKRI jaga kita. Mari kita jaga Tanah Papua, Tanah Papua jaga kita. Kita jaga Papua Barat, Papua Barat Jaga kita. Kita jaga Manokwari, Manokwari jaga kita. Karena ini adalah rumah bersama yang harus dijaga dan harus dirawat, sehingga aman tentram dan damai,” pesan Gubernur Papua di Manokwari.
Selain ajang silaturahmi, kata Gubernur, temu para pemuka agama strategis untuk membahas masalah dan solusi terkait kerukunan umat dan bangsa. menurutnya, untuk mencegah potensi konflik, perlu dikedepankan dialog yang bertumpu pada ketulusan dan keterbukaan untuk menyelesaikan masalah.
Gubernur mengapresiasi tema dialog yang membahas tentang bumi dan langit. Membumikan toleransi bertujuan agar toleransi menghasilkan kehidupan yang damai. Toleransi adalah fondasi perdamaian.
“Berawal dari kasih sayang bumi, seharusnya setiap manusia memiliki sikap menghormati dan menghargai, lapang dada dalam setiap perbedaan baik suku, agama, budaya, maupun warna kulit,” tuturnya.
“Perbedaan itu laksana pelangi yang indah nan sejuk jika dipandang dalam kehidupan ini. Tentunya tak ada yang lebih indah dari pada saling mengasihi dan menyayangi dalam kemanusiaan,” sambungnya.
Kepala Kanwil Kemenag menyampaikan pentingnya penguatan moderasi beragama. Menurutnya, beragama secara moderat telah lama dipraktikkan nenek moyang dan tetap diperlukan pada era sekarang. Apalagi belakangan ini, keragaman Indonesia sedang diuji, dimana sikap keberagamaan yang ekstrem diekspresikan oleh sekelompok orang atas nama agama, tidak hanya di media sosial, tapi juga di jalanan. Tidak hanya di Indonesia, bahkan dunia sedang menghadapi tantangan adanya kelompok masyarakat yang bersikap eksklusif, eskplosif, serta intoleran dengan mengatasnamakan agama.
“Moderasi beragama adalah sebuah jalan tengah dalam keberagaman agama di Indonesia. Moderasi beragama adalah solusi dari ekspresi keberagamaan yang problematik selama ini. Moderasi beragama harus terus dipraktekkan dimanapun kita berada,” pesannya.
Dialog ini diakhiri dengan pembacaan delapan poin kesepakatan dari tokoh linas agama dan ditutup dengan doa dari lima agama. (jpp)