Indovoices.com –Laporan penyelidikan awal KNKT atas jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, awal bulan lalu, menunjukkan adanya “anomali” pada tuas pengatur tenaga mesin (autothrottle).
Temuan KNKT menyebutkan tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri “bergerak mundur”, sementara yang kanan “tidak bergerak alias macet”.
Disebutkan bahwa sudah ada perbaikan beberapa kali terhadap tuas tersebut sebelum kecelakaan yang mematikan itu, tetapi penyebab pasti dari kecelakaan itu masih belum jelas, kata penyelidik KNKT.
Mereka menyatakan masih perlu penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui apakah kerusakan di tuas sebelah kiri atau kanan.
Sementara, tim penyelidik KNKT tidak menemukan masalah cuaca dalam jalur penerbangan Sriwijaya Air SJ-182. Dikatakan data radar cuaca BMKG menunjukkan pesawat itu “tidak melintasi area awan signifikan”.
Apa yang terjadi pada tuas pengatur tenaga mesin?
Temuan awal KNKT menyebutkan, Flight Data Recorder (FDR) merekam sistem autopilot aktif pada ketinggian 1.980 kaki.
Pada saat melewati ketinggian 8.150 kaki, tuas pengatur tenaga mesin (throttle) sebelah kiri bergerak mundur (tenaga berkurang), sedangkan yang kanan tetap, kata Kepala sub Komite Penerbangan KNKT, Nur Cahyo Utomo, dalam jumpa pers Rabu (10/02) siang.
Sekitar pukul 14.38 WIB, pilot meminta kepada pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok ke arah 075 derajat dan diizinkan, kata KNKT.
Menurut Nur Cahyo, ATC memperkirakan perubahan arah tersebut akan membuat pesawat itu berpapasan dengan pesawat lain, maka pesawat Sriwijaya Air itu “berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki”.
Tidak lama kemudian, menurut KNKT, pesawat itu berbelok ke kiri. Dan, “tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur, sedangkan yang kanan masih tetap,” kata Nur Cahyo.
‘Pesawat miring ke kiri’
Pengatur lalu lintas udara (ATC) saat itu memberi instruksi untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab oleh pilot pada pukul 14.39 WIB.
“Ini adalah komunikasi terakhir dari SJY-182,” ungkapnya. Tidak sampai semenit kemudian, seperti terekam dalam Flight Data Recorder (FDR) merekam ketinggian tertinggi SJY-182 yaitu 10.900 kaki.
Kemudian, menurut data yang dihimpun KNKT, pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif (disengange) ketika arah pesawat di 016 derajat, sikap pesawat posisi naik (pitch up), dan pesawat miring ke kiri (roll).
“Tuas pengatur tenaga mesin (autothrottle) sebelah kiri kembali berkurang, sedangkan yang kanan tetap,” ungkap Nurcahyo.
Dan, pada pukul 14.40.10 WIB, FDR mencatat autothrottle tidak aktif (disengage) dan sikap pesawat menunduk (pitch down).
“Sekitar 20 detik kemudian, FDR berhenti merekam data,” ungkap KNKT.
‘Anomali’, perlu penelitian lebih lanjut
Namun KNKT mengaku diperlukan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah kerusakan pada salah-satu tuas otomatis itu yang menyebabkan pesawat menukik.
“Tetapi apakah yang rusak yang kiri, kita belum tahu, karena dua-duanya menunjukkan sikap yang berbeda, artinya dua-duanya mengalami anomali,” kata Nur Cahyo Utomo.
“Anomali yang sebelah kiri, dia mundurnya terlalu jauh, sedangkan yang kanan, dia benar-benar tidak bergerak, seperti macet,” tambahnya. “Tapi apa yang menyebabkan anomali ini? Kita belum bisa menyimpulkan apa-apa.”
“Inilah yang kita belum bisa menjelaskan sampai hari ini, apakah ada kerusakan pada tuas pengatur tenaga mesin (throttle),” ujar Nur Cahyo. “Jadi kita tidak tahu sebenarnya yang rusak yang kiri atau kanan.”
Ditanya kenapa pilot tidak melakukan perbaikan, KNKT mengaku belum bisa memberikan jawaban.
“Mudah-mudahan kalau Cockpit Voice Recorder (CVR) sudah ditemukan, kita bisa memberikan jawaban apa yang terjadi di kokpit, bagaimana diskusi antar pilot dan apa yang mereka lakukan,” katanya.
‘Ada dua kerusakan yang ditunda perbaikannya’
Dalam jumpa pers, KNKT menyatakan bahwa hasil penyelidikan sementara menemukan ada dua kerusakan yang ditunda perbaikannya (Deferred Maintenance Item, DMI) sejak 25 Desember 2020.
Namun menurut Nur Cahyo, penundaan perbaikan adalah hal yang sesuai ketentuan pemberangkatan di penerbangan.
Temuan lainnya, pada 25 Desember 2020, ditemukan penunjuk kecepatan di sisi sebelah kanan rusak. Menurut KNKT, perbaikian yang dilakukan belum berhasil dan dimauskkan ke dalam daftar penundaan perbaikan kategori C.
“Sesuai MEL (Minumum Equipment List), untuk kategori C penundaan perbaikan boleh sampai dengan 10 hari,” kata Nur Cahyo.
Dan pada 4 Januari 2021, demikian KNKT, “indikator diganti dan hasilnya bagus sehingga DMI ditutup.”
“Setelah tanggal 5 Januari hingga kecelakaan tidak ditemukan catatan adanya DMI di buku catatan perawatan.”(msn)