Indovoices.com- Bahan bakar nabati (biofuel) adalah sumber energi terbarukan dan lebih ramah lingkungan. Dua bentuk umum biofuel adalah bioetanol dan biodiesel. Biotenol terbuat dari bahan baku utama tebu dan singkong, sedangkan biodiesel terbuat dari bahan baku utama minyak kelapa sawit dan kelapa. Saat ini, Thailand dan Filipina memproduksi bioetanol dan biodiesel, sedangkan Malaysia dan Indonesia merupakan produsen biodiesel.
Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand memiliki target kebijakan khusus terkait pengembangan penggunaan biofuel. Pada 2030, Malaysia bertujuan untuk mengganti 5% diesel dalam transportasi jalan, sedangkan Filipina bertujuan untuk menggantikan 15% diesel dan 20% bensin dengan biofuel. Sementara itu pada 2021 Thailand bertujuan menyimpan 44% minyak oleh biofuel.
Kepala Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Purwoko Adhi menjelaskan bahwa dalam memenuhi target kebijakan, setiap negara harus menyeimbangkan keamanan energi dan manfaat lingkungan dengan implikasi potensial lainnya, terutama dalam ketahanan pangan, deforestasi, keanekaragaman hayati dan penanganan masalah sosial yang mungkin akan timbul.
“Dalam waktu dekat, Masyarakat Ekonomi ASEAN akan meliberalisasi pasar biofuel yang telah dimulai sejak tahun 2016. Di dalamnya diharapkan terdapat keterkaitan antar pasar untuk menyerap kelebihan pasokan yang disebabkan oleh kebijakan dan target masing-masing negara,” ujar Purwoko dalam kegiatan Workshop on Higher Blending of Biofuels for Transportation in ASEAN Countries: Testing and Strategy yang diselenggarakan di Denpasar, Bali pada Selasa (03/09/2019) lalu.
Peneliti Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI, Budi Prawara menjelaskan Indonesia saat ini tengah memimpin dalam pemanfaatan biodiesel dalam hal mengeluarkan kebijakan tentang penerapan campuran biodiesel dari 5% hingga 20%. “Dalam kesempatan ini kita berbagi pengalaman, di mana Indonesia saat ini telah menerapkan campuran B20 atau campuran biodiesel 20%,” ungkap Budi.
Lokakarya ini diikuti oleh ilmuwan, praktisi industri, serta perwakilan unsur pemerintah dari negara-negara anggota ASEAN seperti Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam Kegiatan ini bertujuan untuk membangun jejaring yang kuat di antara para peneliti di ASEAN. Workshop tersebut juga mendiskusikan hal yang mencakup status pemanfaatan biofuel, kendala penerapan, regulasi dan strategi, serta rencana pengembangan selanjutnya.(jpp)