Indovoices.com-Jika anda memiliki pergaulan yang luas, apalagi di bidang sosial maka anda dipastikan kurang dana untuk menolong orang-orang di sekitar anda. Apalagi anda seorang anggota dewan. Anggota dewan yang baik akan kesulitan membagi kebutuhan konstituennya. Kecuali, konstituen anda orang kaya atau mandiri. Kalaupun umumnya konstituen anda orang kaya atau sudah mandiri, dalam konteks Jakarta, maka terlalu banyak orang yang hendak ditolong.
Saya bayangkan, jika titik mendengar aspirasi konstituen di pinggir kali. Kalau konstituen di pinggir kali, dana reses bisa saja digunakan untuk jenis makanan yang cukup baik. Supaya rakyat menikmati hal-hal yang sedikit berbeda.
Masa sih dana 300 juta an dikembalikan?. Bukankah dana itu terlalu kecil untuk reses?.
Jika anda serius melakukan pencerahan politik ketika kampanye, maka titik yang akan dikunjungi sudah menunggu. Rasionalnya adalah anda bingung menentukan titik agar dana yang ada cukup. Bukan sibuk menyisakan dana yang teramat kecil itu.
Mengapa ketika dana reses yang dikembalikan mendapat pujian dari nitizen?. Bagi mereka yang terbiasa terlibat dalam pergerakan yang terbiasa objektif akan heran. Kok bisa?. Apakah menyisakan dana yang kecil itu sikap tepat dalam konteks menyerap aspirasi?.
Jika mengambil simpati publik, keliru dengan cara menyisakan dana reses. Sejatinya, melakukan program-program kreatif untuk rakyat. Dan, sebanyak mungkin rakyat dijangkau. Jika rakyat yang dijangkau luas maka dana akan banyak. Jadi, keliru jika dana reses kembali seolah dibanggakan. Dana reses dibanggakan jika jangkauanya luas dan tepat sasaran dan menyerap aspirasi dengan cermatbdan mendalam. Jika seorang dewan mengatakan dana reses kurang itu lebih terpuji daripada memgembalikan dana reses. Mengembalikan dana reses, itu artinya tidak bekerja optimal. Jika reses tak optimal, memgapa bangga?.
Gurgur Manurung adalah pengamat sosial dan lingkungan.