DAG DEPOK BERBAGI TAKJIL UNTUK KAUM DHUAFA
(Belajar kehidupan dari jalanan)
“kalau mau berbagi ya berbagi saja. kalau mau peduli ya peduli saja”
“Niat baik harus disegerakan, lakukan saja, setelah itu lupakan.”
Awal ramadhan 2019,
Ada banyak pertanyaan dan usulan supaya DAG JAWA BARAT untuk mengadakan syukuran atas kemenangan Jokowi-Amin di PILPRES 2019.
Kemudian saya melemparkan ide kepada teman-teman di DAG Depok bagaimana kalau kita adakan syukuran tapi di jalanan. Kita bersyukur dengan cara berbagi makanan untuk berbuka puasa yang biasa disebut Takjil.
Setelah saya jelaskan akhirnya kami sepakat untuk melakukan kegiatan tersebut.
Ada seorang anggota yang bertanya bagaimana dengan biaya-nya ?
Saya bilang kita jalan saja, kita patungan saja.
Selama kita berbuat untuk kebaikan, dana pasti akan tercukupkan.
Akhirnya diputuskan kita akan melaksanakan kegiatan tersebut akhir bulan Mei.
Kemudian hal ini saya sampaikan juga kepada teman-teman dari komunitas lain dan luar biasanya mereka antusias mendukung kegiatan ini.
Allah mengirimkan orang-orang baik hati untuk membantu kegiatan ini.
Minggu pagi 26 Mei 2019 saya berangkat dr Cirebon menuju Jakarta kemudian lanjut perjalanan ke Depok.
Setelah sampai dirumah salah satu anggota akhirnya kami bersegera menyiapkan segala sesuatunya.
Ketika bersiap-siap ada anak-anak dari salah satu anggota kami yang bertanya tentang kegiatan tersebut.
Saya jawab: Kita mau mengadakan syukuran, tapi di jalanan bukan makan-makan.
Karena mereka terlihat belum mengerti saya tambahkan: Ayo kalian ikut saja, nanti kalian akan mengerti disana…
Minggu sore, kami berkumpul di D’MALL tempat yang kami pilih sebagai titik kumpul.
17.45 wib akhirnya kami berkumpul dan langsung bergerak mencari lokasi target dimana kami akan membagikan takjil.
Kami menyusuri Jl.Margonda dari kejauhan tampak ada beberapa Tuna Wisma, pemulung yang terlihat sedang duduk di trotoar.
Tampak sekali kaget dan bingung ketika kami mendatangi mereka. Setelah dijelaskan bahwa kami bermaksud untuk membagikan Takjil seketika mereka tersenyum lebar dan menjawab: Mau Mas, mau sekali, takjilnya…
Saya ajak teman-teman yang berlima itu juga 3 orang anak salah satu anggota kami untuk duduk disekitar mereka. Kami berbincang, tertawa, bercanda layaknya teman lama yang baru bertemu kembali.
Mereka adalah pemulung, yang sehari-harinya berkeliling kota mencari sampah botol plastik dan kardus juga gelas-gelas bekas air mineral untuk dikumpulkan dan dijual lagi. Dengan itulah mereka bertahan hidup dijalanan. O,iya ada juga dari mereka yang hidupnya didalam gerobak, ya mereka inilah yang sering disebut manusia Gerobak.
Anggota DAG Depok yang mengikuti kegiatan ini seringkali terlihat sedih, menahan tangis demi melihat kenyataan didepan mereka, cerita yang mereka dengar langsung dari para pemulung ini.
Sampai akhirnya kami menemui seorang ibu yang tampak duduk kelelahan.
Setelah kami dekati, jujur kami kaget karena ternyata dia duduk bersama seorang bayi yang sedang tertidur. Ya bayi berusia 9 bulan yang terpaksa tertidur pulas di trotoar jalan Margonda – Kota Depok.
Airmata itu akhirnya menetes juga, kami semua menahan isak dan mencoba kuat. Saya mencoba bertanya-tanya. Ternyata bayi itu Yatim Piatu. Ayah dan Ibunya sudah meninggal sehingga dia diasuh oleh neneknya yang sehari-hari berkeliling mencari kardus dan plastik bekas botol minuman.
Betapa beruntungnya kami yang bisa menikmati hidup dengan baik setidaknya kami bisa hidup layak sebagaimana manusia umumnya.
Tetapi seringkali pula kami mengeluh, kurang bersyukur.
Dari mereka, dari jalanan, kami belajar tentang kehidupan. Tentang bagaimana kami harus bersyukur dalam segala keadaan.
Anak-anak yang ikut kegiatan kami mereka menjadi antusias ikut membagikan takjil, mereka berlari kecil dan kemudian menyerahkannya kepada si Ibu pemulung tanpa mengatakan apa-apa hanya tatapan mata mereka saja yang berbicara.
Sesungguhnya kami malu karena kami hanya bisa membagikan takjil yang tidak seberapa itu tetapi mereka memberikan pelajaran tentang kehidupan buat kami semua.
Sebelum berpisah mereka mengucapkan sebuah kalimat yang sangat menyentuh hati kami semua.
“Terima kasih ya Mas, Mba semoga berkah, Insya Allah, Mas dan Mba semua diberkahi Allah Swt….”
Sebuah ungkapan perasaan jujur dari hati yang tulus seperti mereka.
Mendadak saya teringat salah satu teman yang menitipkan bantuannya untuk kegiatan kami ini.
“Ini sedekah untuk kaum dhuafa, aku teringat Almarhum Ayahku, ini untuk dia amalannya….”
Sebuah potret anak yang berbakti kepada orang tuanya, bahkan setelah meninggal.
Teman, sedekahmu telah kami sampaikan.
Insya Allah berkah, berkah, berkah…
Malam itu kami mendapat banyak pelajaran dari mereka.
Malam itu anak-anak yang tiga orang itu, mereka belajar bahwa diluar sana ada anak-anak seumuran mereka yang tidak beruntung hidupnya. Mereka bertiga diajarkan untuk bersyukur dalam hidup.
Kami mendapat pelajaran tentang menerima kenyataan, mensyukuri keadaan, dan tetap menaruh harapan.
Saya sempat mengatakan kepada para pemulung itu bahwa insya Allah, kalau ada rejekinya kami akan kembali lagi menemui mereka.
Kami akan menjadi tamu mereka di hari lebaran nanti.
Kami ingin kembali berbagi bahagia dengan mereka di istananya, Trotoar pinggiran jalan Jl.Margonda, Kota Depok
Salam Cerdas – Kritis – Bijak
Samuel Tanujaya
*Terimakasih untuk semua pihak, dermawan yang tergerak hatinya untuk berbagi kasih, berbagi peduli kepada saudara kita kaum dhuafa Kiranya ini menjadi berkah untuk semuanya.