Indovoices.com-Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menyatakan pemerintah harus aktif melakukan komunikasi atas kebijakan yang diambil sehingga diharapkan akan mengurangi kemungkinan persepsi yang tidak tepat di masyarakat.
“Sebagai pemerintah, kita mesti kasih guidance,” kata Wamenkeu saat menyampaikan pidatonya pada acara seminar Pertamina yang mengusung tema “Leadership Insight GM Academy,” di Gedung Utama Pertamina, Jakarta.
Ia melanjutkan, kalau pemerintah/Kemenkeu diam saja dan tidak mengkomunikasikan kondisi perekonomian dan kebijakan yang diambil, maka hal ini dapat memicu dugaan dan persepsi yang salah dari masyarakat dan para pelaku pasar.
Ia mencontohkan, masih ada beberapa pihak yang menilai utang dan defisit anggaran yang meningkat saat ini adalah bentuk kegagalan pemerintah mengelola perekonomian. Padahal utang dan defisit anggaran tersebut hanyalah alat yang dipakai pemerintah untuk tetap menggairahkan perekonomian, menjaga momentum pertumbuhan, mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan dan menciptakan lapangan kerja di tengah kondisi perekonomian global yang cenderung terus menurun.
Sebagaimana diketahui, saat ini perekonomian dunia sedang mengalami kelesuan dan ketidakpastian akibat antara lain karena perang dagang Amerika Serikat dengan mitra bisnis utamanya seperti China, Jepang dengan suku bunga negatif, perekonomian Eropa yang belum stabil, dan Brexit di Inggris yang belum menunjukkan kepastiannya.
“Kalau di luar, dunianya lagi turun cepat, pemerintah yang genjot. Pemerintah yang (harus) kasih optimisme. Pemerintah kasih optimisme lewat belanja, dicairkan dengan baik, dibikin belanjanya efisien, tetap ada pengeluaran untuk rumah tangga. Itu yang harus kita jaga,”
Namun di sisi lain karena pajak tidak selalu memenuhi target penerimaan, pemerintah menaikkan defisit lewat utang untuk mempertahankan belanja agar dari belanja, konsumsi tetap terjaga hingga menjaga kestabilan ekonomi. Menurutnya, utang pada dasarnya netral, jika digunakan dengan baik akan menjadi hal positif.
“Tapi kan penerimaan pajak tidak cukup. Kita naikin defisitnya, artinya utang naik. Pada saat sekarang kita membutuhkan utang karena kalau kita tidak utang maka belanjanya harus turun. Kalau belanjanya turun, perekonomian akan turun lebih cepat lagi. Utang itu pada dasarnya netral asal dipakai dengan baik (akan) menjadi suatu yang positif,” pungkas Wamenkeu. (kemnekeu)