Indovoices.com-Dokter Tota Manurung pernah bilang ke saya bahwa abang itu lembut dalam menulis, keras dalam bertindak. Lalu, saya bilang, mungkin sebaliknya, tulisanmu keras, tetapi lembut dalam bertindak. Dokter Tota itu saya melihat lembut sekali dalam menangani pasiennya. Begitu juga dengan orang-orang di sekitarnya. Demikian juga kepada istri, anak dan keluarganya. Begitulah kehidupan ini. Harus terus belajar.
Tulisan saya pagi ini akan menyoroti soal berita ibu AS dari Aek Natolu. Bermula dari Bupati Simalungun JR Saragih yang mengatakan ada warga Aek Natolu, Kecamatan Lumban Julu positif Covid 19. Kemudian dibantah Kadis Kesehatan Toba yang mengatakan bahwa itu tidak benar, karena hanya rapid test. Rapid test positif bisa saja DBD. Mengapa dibantah JR Saragih, dia bilang positif Rapid Test. Pertanyaanya kan soal tingkat keakuratan Rapid Test. Rapid test disediakan pemerintahan Jokowi, harus dipercaya. Untuk menguji tingkat keakuratan maka diuji SWAB. Asumsinya lebih baik kita yakini 100 % hasil rapid test daripada lelah membantah.
Sikap yang baik bagi rakyat sebetulnya, Pemkab Toba meminta rakyat Toba waspada karena rapid test positif dan kemungkinan akan positif tetapi masih ada kemungkinan negatif. Karena positif rapid test ada kemungkinan DBD. Pemkab menjelaskan kepada rakyat Rapid Test tingkat keakuratannya. Jika Pemkab Toba tak mengakui rapid test, itu artinya menolak program Jokowi besar besaran mengadakan rapid test. Rapid test adalah program nasional.
Hasil rapid test ibu AS ditunggu 4 smpai 5 hari dari Kemenkes mengikuti informasi pemkab Toba. Menunggu itu, semua kita berbenah. Dari keadaan tidak siap menjadi siap. Kita bisa siap dengan cara ambil jarak satu sama lain dan direncanakan ķeluarga dan orang -orang yang bersalaman dengan AS di data. Jika positif hasilnya, kita sudah siap.
Pemkab ini sangat sibuk dengan membantah agar rakyat tidak panik. Kenapa takut panik?. Bukankah seluruh dunia sudah panik?. Panik lebih baik daripada tidak panik. Memang sudah panik kan?.
Bagaimana mengelola kepanikan?. Masalah ini bisa kita atasi secara bersama. Karena itu, dibutuhkan kesadaran. Jika semua sadar, Covid 19 itu mati sendiri. Jika tidak ada medianya Covid 19 itu terputus dengan sendirinya.
Kita tenang, tidak perlu menyerang JR Saragih karena menyebut nama. Karena Jokowi menyebut Pasin 1, Pasien 2 dan seterusnya. Kita berdoa agar ibu AS kuat dan tenang. Kita siap, ibu AS sembuh.
Dokter Tota Manurung atau yang dikenal dokter Toba mengharapkan paradigma berpikir saja. Kita siaga, ada atau tidak ada di Toba. Potensi Toba teramat tinggi karena Silangit dan jalan lintas. Itu yang sejak lama dia teriakkan.
Jadi, kita jujur dan transparan saja. Kita harus sadar, kita bisa mengatasi dengan sadar dan sensitifitas melihat persoalan.
Selamat hari minggu.
#Tobadihatiku