~ Bullying ~
Dalam tulisan kali ini, saya ingin membahas tentang “Bullying” apa sebenarnya kata “Bully” , sebenarnya bisa berbentuk meledek, kalau di jabarkan bisa sebagai, penindasan.
Penindasan merugikan kesehatan dan perkembangan baik kita sebagai orang dewasa maupun siswa atau siswi.
Penindasan atau perundungan atau perisakan (bahasa Inggris: Bullying) adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain.
Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidak seimbangan kekuasaan sosial atau fisik.
Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan.
Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.
Bentuk-bentuk penindas
Penindasan fisik.
Tindakan penindasan dengan kontak secara fisik yang menimbulkan perasaan sakit fisik, luka, cedera, atau penderitaan fisik lainnya.
Contohnya memukul, menampar, atau menendang orang lain.
Contoh yang lain, merendahkan orang lain, misalnya melemahkan kekurangan orang lain.
Dengan membicarakan kekurangan orang lain, atau mengomentari hal yang kurang pantas di media sosial, misalnya saya di bully dengan ucapan, anak mu kok jelek sekali, ngga pantas jadi anakmu.
Ini bagian dari bully.
Orang kadang tidak menyadari dengan ucapan tersebut ada pihak yang merasa di rendahkan.
Secara psikologis si anak bisa merasa rendah hati.
Penindasan phsikologis
Tindakan penindasan yang menimbulkan trauma psikologis, ketakutan, depresi, kecemasan, atau stres. selain itu juga menimbulkan kegalauan/gusar.
Sebaiknya kita, mencermati untuk berbicara, saat ini kadang kita melihat di Dunia maya, banyak netizen
Menanggapi, postingan dengan banyak hal, ada yang berujar sebagai rasa suka, ada yang mencibir ini salah satu yang di sebut bully.
Berhati-hatilah, untuk berkomentar apa lagi di dunia maya yang di baca dan di lihat banyak orang, ini bisa menimbulkan masalah besar.
Apa untungnya membully orang lain, kita sendiri masih banyak kekurangannya.
Sekarang pun sudah ada hukum ITE, yang bisa menjerat kita ke jalur hukum.
Tadinya mau bercanda, pada akhirnya kita bermasalah dengan orang lain.
Para netizen, semoga tulisan ini sebagai bahan renungan kita semua, untuk lebih berhati-hati, untuk bersosial media.
Selalu menata apa yang akan kita tulis, dan kita publish.
Mungkin untuk sebagian orang, yang sudah biasa berkomentar yang pedas, lebih berhati-hati, mengomentari postingan orang lain, jangan ngebully.
Intimidasi dunia maya
Intimidasi dunia maya atau penindasan dunia maya (bahasa Inggris: cyberbullying) adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia maya atau internet. Intimidasi dunia maya adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi digital atau telepon seluler.
Intimidasi dunia maya dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18 tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi akan dikategorikan sebagai kejahatan dunia maya atau pembuntutan dunia maya (atau sering disebut cyber harassment).
Bentuk dan metode tindakan intimidasi dunia maya beragam. Hal ini dapat berupa pesan ancaman melalui surel, mengunggah foto yang mempermalukan korban, membuat situs web untuk menyebar fitnah dan mengolok-olok korban hingga mengakses akun jejaring sosial orang lain untuk mengancam korban dan membuat masalah. Motivasi pelakunya juga beragam.
Ada yang melakukannya karena marah dan ingin balas dendam, frustrasi, ingin mencari perhatian bahkan ada pula yang menjadikannya sekadar hiburan pengisi waktu luang.
“STOP Bullying”
Penulis “Hennyichiro”