Bullying Part 2
Pembaca yang saya hormati, awalnya saya menulis kasus bullying karena banyak sekali melihat kasus-kasus yang terjadi di sekitar kita.
Mungkin buat pembaca pernah merasakan hal semacam ini, yang sangat mengganggu pribadi kita.
Apa lagi, kita dalam posisi benar, lalu di bullying suatu kelompok.
Pengalaman saya, saat ini berteman lewat media sosial, dengan baik dengan si I, hingga sangat mengenal dengan baik.
Sampai kita ikut dalam satu group di WA, saya sebagai admin dalam group tersebut, entah kenapa setiap gurauan jadi bahan bullyan untuk diri saya.
Awalnya saya hanya diam, tidak ambil pusing dengan apa yang mereka ucapkan.
Sampai suatu saat, ada yang posting sesuatu, orang tersebut, marah dan jelas-jelas ngebully saya.
Saya masih posisi tenang dan diam, saya hanya berpikir hal yang ngga penting.
Sampai pada akhirnya, si I ini melontarkan sebuah ucapan-ucapan yang jelas-jelas fitnah.
Satu hal yang saya tangkap orang ini, hanya iri dengan saya karena jadi admin.
Apalah artinya sebuah sifat iri yang akan merusak jiwa kita.
Pelajaran yang bisa saya petik, kita bersahabat janganlah sangat begitu dekat, kedekatan kita bisa jadi bumerang pada diri kita sendiri.
Kepercayaan, group pastilah tercoreng dengan satu orang yang sifatnya kurang baik, satu orang menjadi virus kawan-kawan lain bisa terhasut.
Sampai ada beberapa kawan yang di hasut, Astagfirullah apa untungnya menghasut orang lain.
Begitu kejamnya, apa yang mereka fitnahkan, di balik menjadi saya sebagai sumber fitnah.
Sungguh keji, kadang kita bersahabat tidak pernah berpikir buruk sama sekali.
Kalau hal-hal kecil yang bisa menjadi pemicunya.
Saya merasa diintimidasi
Saya sampai di datangin ke rumah, dengan kelompok yang tidak sepaham dengan saya, Si I, bersama teman-temannya memaksa saya untuk mengakui apa yang tidak pernah saya lakukan.
Apa ini bukan sebuah intimidasi.
Memang sangatlah mudah mencari-cari sebuah kesalahan orang lain, namun kita tidak pernah merasa apakah diri kita ini tidak luput dari kesalahan.
Pelajaran sangat berharga untuk saya, apa lagi mengenal sahabat hanya di dunia Maya, yang tidak tau asal muasal mereka.
Karakter orang seperti ini memang sudah tertanam dalam jiwa seseorang sebagi pribadi yang tidak baik, sifat iri itu akan merusak hati dan pikiran.
Beberapa, hari lalu ada yang mencoba untuk japri, ternyata orang ini, memancing untuk mendapatkan alamat saya.
Yang anehnya setelah saya memberi alamat orang tersebut menghilang, foto di Wanya pun tidak terlihat.
Apa ini sudah sebuah jebakan.
Saya, hidup selalu positif thinking, tidak pernah menilai orang dalam hal keburukkan.
Namun tidak baik juga saya seperti ini, bisa dimanfaatkan untuk orang berbuat tidak baik.
Hari Selasa 20-01-2019, jam 12:00, saat saya ingin keluar rumah, tidak di sangka ada tamu tak di undang datang ketempat saya.
Si I, bersama keempat temannya datang, dengan alasan silahturahmi.
Dari obrolan awal, mereka intinya saya harus mengakui semua fitnah yang bergulir di dunia Maya.
Saya menolak, dan membatah dengan keras, I, mengatakan ingin melaporkan ke pihak berwajib, atas dasar pencemaran nama baik.
Saya, bingung siapa, dan kapan saya mencemarkan nama baik orang lain.
Kasihan sekali, apa yang mereka lemparkan, ke orang lain, yang suruh bertanggung jawab.
Saya, juga tidak bodoh, semua bukti tentang fitnahan, mereka masih ada di tangan, bisa jadi mereka yang terjerat hukum atas ulahnya sendiri.
Apakah hal-hal seperti ini harus kita diamkan.
Mengintimidasi orang, supaya orang down ?
Apakah ini bisa dikatakan sebuah kejahatan…??
Apa kah mereka tidak berpikir, sebelum bertindak,
Jemarimu, bisa menjadi petakamu.
Himbauan saya, janganlah kita mengusik- usik orang lain, tidak ada untungnya untuk berbuat tidak baik, apa lagi sampai mengintimidasi orang lain, yang belum tentu punya salah.
Bersikap bijaksana, lebih berhati-hati untuk bertindak.
Semoga pengalaman saya ini bisa jadi, tolak ukur kita untuk berhati-hati dalam bertindak.
Penulis ;
Hennyichiro