Indovoices.com –Eks Menteri Kelautan dan Perikanan, Rokhmin Dahuri, menyatakan bahwa ancaman krisis pangan bukan hanya terjadi pada masa pandemi Covid-19. Menurut Rokhmin, ancaman ini akan berlangsung di tahun-tahun mendatang. Meningkatnya jumlah penduduk, berlangsungnya kerusakan lingkungan dan praktik mafia pangan menjadi faktor utamanya.
Hal itu dikatakan Rokhmin saat menjadi narasumber pada webinar yang diselenggarakan untuk memperingati Peringatan Bulan Bung Karno.
“Jadi, masalah pangan dan rumus dari penelitian WHO bahwa suatu negara dengan penduduk dari 100 juta itu akan susah atau sukar menjadi maju sejahtera, dan berdaulat kalau kebutuhan pangannya bergantung pada impor,” kata Rokhmin.
Baca juga: Antisipasi Pandemi Baru, Pemerintah Rancang Ketahanan Pangan Nasional
Rokhmin yang juga Ketua Bidang Kelautan, Perikanan dan Nelayan DPP PDI Perjuangan, menyebutkan seluruh tiga pilar partai punya peran membangun kedaulatan pangan. Bagi dia ada perbedaan istilah yang kadang rancu antara kemandirian, kedaulatan atau ketahanan pangan itu sendiri. Jika istilah ketahanan pangan yang digunakan, maka impor menjadi solusi untuk mencukupi kebutuhan.
“Selalu ibu Ketua Umum menekankan betapa seluruh pilar partai baik di eksekutif, legislatif dan struktur partai di seluruh tanah air harus benar-benar memperkuat dan mengembangkan kedaulatan pangan kita,” ujarnya.
“Beberapa kepala daerah kita sudah sangat baik. Sudah sejak lama melakukan gerakan penanaman, pembudidayaan, baik yang flora maupun fauna di daerah masing-masing. Libatkan perguruan tinggi, praktisi, penyuluh, tokoh masyarakat supaya involve untuk membangun gerakan kedaulatan pangan ini,” ujarnya.
Rokhmin pun mengutip pidato Presiden pertama Soekarno pada tahun 1952. Pada pidatonya sang proklamator menyatakan bahwa pangan merupakan hidup-mati sebuah bangsa. Dari kalimat pidato tersebut kemudian menyimpulkan, bagaimana gizi anak-anak Indonesia dan sudah tentu berimbas pada kemajuan negara.
“Dengan lahan dan laut yang subur harusnya tidak hanya berdaulat pangan, tapi seharusnya pengekspor bahan pangan dunia. Atau dalam bahasa Cirebon ‘feeding the world.’ Harusnya bisa memberi makan masyarakat dunia. Ini pidatonya Bung Karno yang sangat heroik dan futuristik,” kata dia.(msn)