BTP aka Ahok adalah sosok yang tidak bisa dilepaskan dari Kemajuan DKI Jakarta. DKI Jakarta yang dulunya menjadi daerah bikin kepala pusing tujuh keliling, secara mengejutkan dibuat menjadi Kota Metropolitan yang patut dibanggakan. Kecepatan dan Langkah Trangginas Ahok benar benar sudah mengubah Wajah Jakarta, antara lain :
- Sistem parkir meter yang menggunakan Terminal Parkir Elektronik (TPE) dimulai pada akhir 2014. Di awal penggunaannya, banyak warga DKI masih bingung. Seiring berjalan waktu, warga mulai terbiasa. Bahkan kebijakan ini mampu mengatasi parkir liar di jalan.Bukan hanya itu, parkir meter kini menjadi salah satu program unggulan yang dikembangkan Pemprov DKI Jakarta. Jika dikelola secara apik, menurut Ahok pendapatan dari parkir bisa mencapai Rp 100 juta per hari.
- Geramnya Ahok akan tindak tanduk PKL di Taman Monumen Nasional, membuat pihaknya melakukan strelisasi. Kebijakan itu tak mulus diterima pedagang. Mereka menentang dan melawan atas keputusan itu.Namun begitu, Ahok jalan terus. Dia tak gentar menerima perlawanan dari PKL. Hasilnya, kini mereka yang berdagang di Monas telah dibina Ahok melalui lenggang Jakarta.Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun menutup semua akses pintu masuk Monas bagi pedagang kaki lima liar di areal pusat jajanan Lenggang Jakarta.
- Banyak pihak tak menduga akan keberanian Ahok untuk memindahkan warga Kampung Pulo di bantaran sungai Ciliwung. Bahkan aksi relokasi itu, sempat diwarnai bentrokan antara warga dengan aparat.Meski demikian, relokasi pada September 2015 telah membuat sejumlah warga berhasil dipindahkan ke Rumah Susun Sederhana Sewa Jatinegara Barat, Jakarta Timur. Meski kepindahan itu menuai keluhan, mulai tidak ada teralis pada jendela, hingga masalah sarana.Namun, tahap demi tahap perbaikan rusun dilakukan. Hingga kini, warga pun mulai menikmati hunian baru mereka. Bahkan pada Hari raya Iduladha 1436 H, ratusan warga relokasi dari Kampung Pulo menjalankan salat Id di rusun tersebut.
- Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) pertama dibangun Ahok di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, pada Oktober 2015. Menurut mantan bupati Belitung Timur, tujuan utama pembangunan ruang publik ini merupakan langkah DKI Jakarta untuk mewujudkan provinsi yang ramah anak.Ahok meminta anak-anak harus dididik dengan baik di RPTRA. Sebab, banyak RPTRA yang baru dibangun telah dipenuhi sampah.”Anak-anak ini mesti dididik dan BPMPKB (Badan Pemberdayaan Manusia Perempuan dan Keluarga Berencana) harus dibagi tugasnya nih. Enggak mungkin anak-anak main di jalan dan saya minta semua SKPD (satuan kerja perangkat daerah) konsentrasi pikirkan itu,” kata dia
- Melalui peraturan gubernur tentang perekrutan para pekerja penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU), Ahok pun membuat sejumlah pasukan yang ditugaskan untuk menangani persoalan darurat dan kecil. Misalnya, membersihkan sampah yang menyumbat saluran air, memunguti sampah yang dibuang sembarangan, menambal lubang kecil di trotoar dengan semen, dan masalah kerusakan pada sarana dan prasarana umum di Jakarta.Dengan seragam oranye, PPSU itupun lalu ditempatkan berdasarkan zonasi tertentu di setiap kelurahan. Satu zona, misalnya, satu ruas jalan atau taman, bisa diisi 2-3 pekerja yang dibagi dalam 2 giliran kerja dari pagi hingga malam. Satu kelurahan akan mendapatkan 40-70 pekerja, tergantung luas wilayah dan jumlah penduduk.Disinyalir berhasil, Ahok pun akan memindahkan Pekerja Harian Lepas (PHL) yang selama ini di bawah dinas menjadi PPSU. “PPSU sudah relatif baik kerjanya, justru kurang orang. Saya lagi berpikir pindahkan PHL Dinas Kebersihan atau (Dinas) Taman ke kelurahan,” tegas Ahok.
- Keinginan Ahok agar warga DKI Jakarta bisa merasakan suasana Balai Kota, membuat dirinya memutuskan untuk membuka Balai Kota sebagai destinasi wisata. Di Balai Kota yang memiliki teras luas ini, warga dapat berwisata sambil melihat keindahan Monas.Bukan sekadar merasakan nikmatnya suasana Balai Kota, Ahok jga berharap warga bisa belajar banyak tempat yang menjadi kantor Gubernur DKI.Di Balai Kota, warga bisa mengetahui berbagai macam informasi tentang Kota Jakarta, mulai dari sejarah gedung Balai Kota, gubernur yang pernah memimpin, sampai perkembangan Kota Jakarta terkini. “Orang pengin tahu gubernur dulu siapa saja. Ternyata gubernur dulu ganteng dan cakep. Ada fotonya di dalam, mungkin bisa foto di situ,” ujar dia.Dia pun ingin Balai Kota bisa menjadi tempat nongkrong baru bagi anak muda. Sehingga mereka bisa menghabiskan waktu dengan kegiatan positif. Di wisata Balai Kota, Ahok juga menyediakan tempat gratis bagi pengusaha yang bergerak di bidang kuliner, kerajinan maupun fashion yang ingin memasarkan produknya.
Namun rupanya Warga DKI Jakarta sebagian besar termakan dengan isu kampanye kotor atas nama Agama, sehingga Ahok Djarot kalah dengan permainan Agama dan Ahok aka BTP sendiri harus berakhir di Penjara. Ahok dibuang 58% Warga DKI Jakarta seperti Mereka sedang “buang air besar”, hanya 42% yang menangis tersedu sedu di sudut ruangan dan meratapi kenapa Gubernur sebaik dan sehebat BTP harus kalah hanya karena Agama, dan 42% ini terdiri dari berbagai suku ras dan agama di Indonesia.
Musuh Ahok /BTP berharap BTP/Ahok hancur dan busuk dalam Penjara, tetapi mereka salah total. Didalam Penjara, Ahok/BTP benar benar seperti PC yang sedang diupgrade, dirinya menjadi lebih dewasa dan mawas diri, bahkan kehidupannya lebih bersinar membawa dampak luar biasa buat orang lain. Dalam Penjara, dia masih bisa menyumbang Kursi roda untuk mereka yang berkebutuhan khusus dengan Cuma Cuma hanya dari buku yang ditulisnya didalam jeruji besi, Sutradara Film dan Kru film dari Film yang menceritakan Ahok sang Mantan Gubernur dan Bupati BaBel bahkan bisa meraih Box Office selevel dengan film Avengers dan Film Avatars, Tuhan benar benar memberikan anugrah terbesarnya dalam diri Ahok / BTP, musuh musuh yang memenjarakan Ahok digiring gentian masuk ke dalam Penjara, dimulai dari mereka yang menipu umat dengan Bisnis umroh, Gubernur Zumi Zola yang digiring ke penjara oleh KPK karena korupsinya, bahkan Film milik penentang Ahok/BTP saat itu, yakni anaknya Amien Rais, sukses tersungkur padahal Film itu kabarnya penuh dengan ajaran agama.
Apakah ini akhir cerita Ahok/BTP?
Setelah selesai kunjungannya jalan jalan dan bulan madu Bersama istri barunya, Ahok/BTP datang ke Kalimantan Timur untuk menghadiri acara Gereja Kristen Reformasi, tetapi yang terjadi malah dia dielu elukan oleh suku Dayak di Kalimantan Timur itu.
Begitu tiba di Samarinda, Ahok dan Puput mendatangi Desa Budaya Pampang, Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda, Kaltim. Kehadiran keduanya disambut para tokoh masyarakat yang mengenakan pakaian adat.
Salah seorang tokoh adat, dalam sambutannya, mengatakan para orang tua di Desa Pampang banyak yang ingin bertemu dengan Ahok. Masyarakat Pampang juga senang atas kehadiran Ahok.
“Jadi pada hari ini warga Kelurahan Pampang seluruhnya merasa merdeka karena Bapak pada hari ini, Tuhan telah mengirim Bapak untuk bertemu dengan warga masyarakat. Jadi dengan semua kesempatan ini, semua penyakit-penyakit sudah hilang. Maka kami percaya semangat kepercayaan untuk membangun bangsa kita, kami percaya Bapak Ahok tetap berjuang untuk bangsa kita,” kata tokoh tersebut.
Di sela-sela pidato, terdengar teriakan ‘Ahok presiden 2024’. Terdengar ada dua kali teriakan tersebut.
“Ahok presiden 2024,” teriak seorang warga. Tak lama kemudian, terdengar tepuk tangan dari hadirin.
BTP menjadi orang kelima yang diberi kehormatan menjadi keluarga besar Masyarakat Dayak Kalimantan Timur. Salah satu tokoh nasional yang pernah memperoleh kehormatan serupa adalah KH M’aruf Amin. Basuki Tjahaja Purnama dan Puput Nastiti Devi berfoto bersama dengan para petinggi Masyarakat Dayak Kalimantan Timur, salah satunya Wali Kota Samarinda, Syaharie Ja’ang. Basuki Tjahaja Purnama diberi nama Asang Lalung. Salah satu petinggi Masyarakat Dayak Kalimantan Timur menjelaskan, ‘Asang’ berarti ‘berani membela bangsa’ dan ‘Lalung’ berarti ‘pengabdian, pengayoman, ikhlas dalam melayani’. Sedangkan, Puput Nastiti Devi diberi nama ‘Idang Bulan’. Nama dari Puput diambil dari nama BTP, ‘Cahaya Purnama’ yang memiliki arti menjadi ‘penerang di tengah kegelapan, menjadi penguat di dalam doa’.
Prosesi tersebut diawali dengan pemakaian pakaian adat Suku Dayak dan pemberian senjata khas Suku Dayak, Mandau, kepada BTP dan Puput oleh para petinggi Masyarakat Dayak Kalimantan Timur, salah satunya oleh Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan Timur, Edy Gunawan Areq Lung, beserta istri.
Acara ini sudah ditonton ratusan penikmat Youtube dan VLOG BTP/Ahok dan berasal dari seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dan banyak dari mereka berharap hal yang sama, bahkan di dalam VLOG, terlihat juga orang dari Balikpapan yang juga menyuarakan dukungan Ahok menjadi Gubernur atau Calon Presiden 2024. Jadi Ahok / BTP benar benar menjadi Emas 24 karat di Pulau Kalimantan.