Indovoices.com –Puluhan jurnalis media cetak, online dan televisi yang tergabung dalam Forum Jurnalis Medan (FJM) kembali menggelar unjuk rasa di depan kantor Wali Kota Medan, Rabu (21/4). Itu merupakan aksi keempat yang mereka lakukan dalam sepekan.
Dalam aksinya, mereka menuntut Wali Kota Medan Bobby Nasution meminta maaf atas pengusiran dua wartawan yang akan melakukan doorstop kepadanya pada Rabu (14/4).
Ketika para jurnalis berunjuk rasa, Bobby tidak menemui mereka. Diketahui dia sedang dipanggil Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi untuk menghadiri rapat evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro di Medan.
Usai mengikuti rapat, Bobby ditanya wartawan mengaku sudah mengetahui aksi unjuk rasa itu. Dia merasa tidak pernah melarang wartawan untuk door stop.
“Kalau permasalahan doorstop saya rasa di lapangan tidak pernah menolak doorstop,” ujar Bobby kepada wartawan.
Bobby menambahkan, terkait persoalan antara pihak pengamanannya dan jurnalis hanya miss komunikasi saja. Pihaknya saat ini telah menyediakan tempat atau mekanisme doorstop di Pemko Medan.
“Habis itu kalau mau doorstop kita tadi juga sudah siapkan,” ujarnya.
Selain itu Bobby menjelaskan pihaknya juga akan menyiapkan mobil bagi jurnalis yang ingin mengikuti aktivitasnya. Misalnya saat sidak.
“Jadi solusinya hari ini sudah kita siapkan mobil,” ujarnya.
Lebih lanjut, Bobby tidak akan menampung keluhan para jurnalis yang berunjuk rasa dengan baik.
“Baik itu ketika yang dikeluhkan kita di dengarkan dan kita laksanakan. Begitu juga pemerintah dan masyarakat gitu kita dengarkan kita temukan solusinya, kita kerjakan,” ujar Bobby
“Begitu juga dengan permasalahan ini, saya rasa dengan permasalahan ini. (Tapi) Saya rasa ini miss komunikasi. Tidak bisa doorstop kita siapkan,” tutup dia.
Sebelumnya, aksi unjuk rasa kali ini dilakukan dengan cara kreatif. Massa membawa payung hitam dan poster bernada protes. Mereka juga menggelar aksi tabur bunga sebagai bentuk duka mendalam atas matinya demokrasi dan kebebasan pers di Kota Medan.
Koordinator aksi Donny, mengatakan aksi ini merupakan bentuk kemarahan dari para jurnalis yang selama ini resah dengan arogansi tim pengamanan Wali Kota Medan. Selain di balai kota, para jurnalis juga kerap mendapat penghalangan saat meliput kegiatan Wali Kota Medan.