Indovoices.com– PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyatakan PT Asuransi Jiwasraya (Persero) telah melunasi utang sebesar Rp218 miliar. Konsekuensinya, rekening fasilitas kredit atas nama Jiwasraya ditutup pada 31 Desember 2019.
Sekretaris Perusahaan BNI Meiliana mengatakan Jiwasraya mengajukan kredit untuk memenuhi keperluan operasional perusahaan. Hal itu tercantum dalam Perjanjian Kredit Nomor 46 pada 13 September 2018.
Meiliana menjelaskan bahwa utang itu jatuh tempo pada 12 September 2023 mendatang. Ini artinya, BNI memberikan tenor kepada Jiwasraya selama lima tahun.
“Fasilitas kredit secara perlahan diselesaikan dari hasil penjualan jaminan berupa obligasi,” kata Meiliana dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kredit Jiwasraya ini dijamin dengan obligasi pemerintah dan korporasi sebesar Rp468 miliar atau dengan coverage ratio 214,7 persen. Dengan jaminan itu, pihak BNI sebelumnya mengklaim pemberian kredit dinilai aman dan telah memperhatikan prinsip kehati-hatian.
“(Dinilai aman) karena dijamin dengan obligasi pemerintah dan korporasi yang cukup likuid dengan coverage ratio dijaga minimal 200 persen dari outstanding pinjaman,” jelas Meiliana.
Diketahui, Jiwasraya kini sedang terkena masalah likuiditas. Perusahaan asuransi pelat merah itu menunda pembayaran utang klaim untuk produk asuransi tabungan rencana (saving plan) per Oktober 2018 sebesar Rp802 miliar.
Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengungkapkan persoalan keuangan perusahaan telah terjadi sejak 2006 lalu. Ekuitas pada 2006 tercatat minus Rp3,29 triliun dan berlanjut pada 2008 yang minus Rp6,3 triliun dan 2018 minus Rp10,24 triliun.
Hexana menyatakan salah penyebab buruknya keuangan perusahaan lantaran kesalahan manajemen dalam menempatkan investasi. Manajemen lama banyak menginvestasikan dana di aset berisiko tinggi (high risk) demi mengejar keuntungan tinggi.
Hexana mencatat 22,4 persen dari total aset ditempatkan di saham bervaluasi rendah (undervalue) dan hanya 5 persen ada di saham LQ-45. Kemudian, sebanyak 59,1 persen diinvestasikan di reksa dana saham.
Hexana bilang mayoritas reksa dana dikelola perusahaan manajer investasi berkinerja buruk. Sementara, hanya 2 persen dana yang diinvestasikan di reksa dana dan saham dikelola perusahaan manajer investasi berkualitas.(cnn)