Indovoices.com –Kementerian Agama menyiapkan enam skenario penyelenggaraan haji 2021.
Skenario disusun oleh tim manajemen krisis yang dibentuk Menag Yaqut Cholil Qoumas pada akhir Desember 2020.
Tim krisis telah menyusun skenario untuk kuota 100 persen, 50 persen, 30 persen, 20 persen, 10 persen, dan 5 persen,” kata Sekretaris Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Ramadhan Harisman dalam keterangannya, Selasa, 30 Maret 2021.
Menurut Ramadhan, selain kuota, skenario juga dibuat berbasis penerapan protokol kesehatan. Artinya, masing-masing skenario kuota dibuat dalam skema penerapan prokes dan tanpa penerapan prokes.
“Skenario yang disiapkan juga mempertimbangkan adanya pembatasan rentang usia dan tanpa pembatasan rentang usia,” ujarnya.
Ramadhan menjelaskan, besaran kuota akan berpengaruh pada lama masa tinggal. Semakin banyak kuotanya, semakin lama masa tinggal jemaah. Jumlah kuota ini juga akan berdampak pada aspek biaya haji.
Salah satu aspek yang menjadi pertimbangan dalam menyusun skenario ini adalah kebijakan Saudi terkait penyelenggaraan haji 2021. Ramadhan menuturkan, pada 2020, jemaah haji dibatasi hanya bagi warga Saudi (30 persen) dan ekspatriat yang tinggal di Saudi (70 persen).
Saat itu, ada pembatasan usia. Untuk warga Saudi, rentang usia jemaah yang diizinkan pada haji 2020 adalah rentang 20-60 tahun. Sementara untuk ekspatriat, 20-50 tahun. “Jemaah haji 2020 juga dipersyaratkan tidak punya penyakit kronis dan tidak hamil,” katanya.
Kebijakan lainnya ialah terkait tes Covid-19 saat jemaah tiba di Makkah dan saat akan pulang. Jemaah 2020, kata Ramadhan, juga harus menjalani karantina, yaitu 10 hari di daerah asal, 4 hari setibanya di Makkah, dan 2 pekan setelah selesai haji.
Dengan jumlah jemaah hanya 1.000 orang pada tahun lalu, pemerintah Saudi menerapkan jaga jarak minimal 1,5 meter dan katering berupa makanan siap saji. “Dari pelajaran 2020, kami susun skenario haji 2021 yang terus berkembang sesuai perjalanan waktu,” kata Ramadhan.