Indovoices.com-Selama ini hubungan desa dan kota seolah terputus, karena sumber makanan di kota
dapat diperoleh dari hasil impor seperti beras, sayur-sayuran, buah-buahan, ikan dan daging.
Kota kelihatan angkuh terhadap desa karena kebutuhan kota diperbudak oleh mekanisme pasar.
Sejatinya, hingar bingar kota harus tergantung dengan desa. Pandemi Covid 19 menyadarkan
kita agar hubungan kota dan desa harus saling ketergantungan.
Masyarakat kota tidak akan pernah kelaparan sampai kapanpun dan harga kebutuhan
pokok tetap stabil dan terjangkau jika hungungan desa dan kota dibangun dengan baik.
Kebutuhan beras kota Jakarta akan terpenuhi dari Jawa Barat dan Jawa Tengah. Kebutuhan
sayur mayur, bawang, cabai, jahe, kunyit, dan lainya mudah diperoleh dari daerah Jawa Barat
seperti Sukabumi, Cianjur dan daerah-daerah yang dekat dengan DKI
Berita Kompas.com Jumat (6/3/2020) menuliskan bahwa Ketua Komisi VI DPR RI
Faisol Riza menilai, berkurangnya impor akibat wabah virus corona sebenarnya bisa berdampak
positif bagi pengusaha dalam negeri. Menurut Faisol, berkurangnya impor dapat menjadi
peluang bagi pengsaha di dalam negeri untuk menguasai pasar. "Seharusnya para pengusaha
nasional kita melihat kesempatan yang langka untuk bisa membangun dan memegang pasar
dalam negeri jadi serius sehingga bisa mengurangi impor kita," kata Faisol di Kantor DPP PKB.
Jakarta.
Sebuah berita online di Jakarta menuliskan bahwa Pengiriman bantuan pakan ikan dari
Pangandaran sebanyak 20 ton Sempat tertahan satu hari ke Jawa Barat, akibat zona merah
berdampak Covid-19.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meminta akses pengiriman sarana produksi dan
logistik di Bidang Kelautan dan Perikanan tidak dibatasi, termasuk wilayah-wilayah yang
menjadi zona merah pandemi Covid-19
Pak Menteri sudah kirim surat resmi ke Bapak Presiden, cq: Kepala Pelaksana Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 pak Donny (Munardo). Intinya meminta agar akses distribusi
input produksi dan logistik ikan tidak mengalami gangguan," jelasnya.
Surat permohonan ditembuskan ke Menko bidang Kemaritiman dan investasi, Menteri
Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Panglima TNI, Kapolri, ke para Gubernur, dan
Bupati/Walikota seluruh Indonesia. Menurut Slamet, pihaknya meminta arahan dari pihak terkait
mengenai protokol atau SOP teknis di lapangan yang harus dilakukan pembudidaya atau pelaku
usaha perikanan.
Dalam menyiasati ancaman kelaparan kota akibat dampak Covid 19, pemerintah harus
memberikan kebebasan yang seluasluasnya, bahkan harus didukung kebijakan pemerintah pusat
untuk memberikan fasilitas khusus dan pembinaan terhadap distribusi hasil-hasi pertanian,
peternakan, perikanan dan lain sebagainya agar bebas dari Covid 19. Mereka harus menyadari
akibat terpapar Covid 19. Para distributor dan pelaku usaha di bidang pangan, petani, nelayan,
peternak dan lain sebagainya harus diberikan insentif oleh pemerintah. Dengan demikian,
ancaman kelaparan tidak terjadi, khusnya masyarakat kota.
Teknis hubungan desa dan kota dalam kosep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) adalah kehidupan kota disokong oleh desa yang terdekat. Hal ini bertujuan agar
polusi udara selama dalam perjalanan dapat diminimalisasi. Selama ini, kehidupan kota sangat
dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Kebutuhan masyarakat kota hanya dipengaruhi oleh kualitas
barang dan harga. Resiko lingkungan seperti kerusakan jalan, polusi yang dihasilkan kendaraan
distributor terabaikan. Masyarakat kota hanya mengutamakan harga dan kualitas saja.
Kebiasaan selama ini bahwa kehidupan kota yang tidak tergantung desa karena
mekanisme pasar, maka ketika pandemic Covid 19 mengancam maka pemerintah harus merajut
hubungan itu. Jika hubungan itu dirajut dengan baik dengan cara memberikan insentif atau
fasilitas ke pengusaha dibidang pangan, petani, peternak dan perikanan, maka masyarakat kita
tidak kelaparan walaupun Covid 19 berkepanjangan.
Masyarakat kota di Indonesia seperti Jakarta karena kebutuhan pangan bias didatangkan
dari laut, darat di desa-desa yang berdekatan denga Jakarta seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Demikian juga Surabaya, Semarang dan kota-kota lain. Kota Medan misalnya dikelilingi produk
sayur sayuran dan buah dari Tanah Karo, beras dari Serdang Bedagai (Serge), Deli Serdang dan
lain sebagainya.
Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia begitu melimpah. Hanya, selama ini kita tidak
menyadari ketergantungan itu. Covid 19 itu menyadarkan kita agar menyadari bahwa ketika kita
mengalami badai yang kita tidak tahu kapan berlalu, maka ketergantungan itu harus dirajut.
Covid 19 mengajarkan kita bahwa mekanisme pasar yang selama ini “memperbudak” kita harus
kita lupakan dan kita bangun ketergantungan. Covid19 akan menguji nasionalisme kita.
Kita tidak akan pernah kelaparan selama hubungan desa dan kota kita jalin dengan baik.
Kebutuhan bahan pokok kita cukup untuk kita jika dikelola dengan baik. Tentu pengelolaan ini
akan baik jika kesadaran dan nasionalisme kita teruji. Kini kita duji badai Covid 19.
Penulis adalah alumni Pascasarjana IPB Bogor bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan.